"Lepaskan dia, atau aku akan menembak tepat di kepalamu!!!" teriak seorang pria yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan membawa pistol di tangannya.
Livia tidak dapat melihat dengan jelas pria itu, dia menangis ketakutan dan sedikit merasa lega karena mendapat pertolongan dari seseorang. Pria botak itu tidak mau melepaskan Livia hingga terdengar suara tembakan ketiga yang mengenai kaki kanan pria botak tersebut. Seketika pria tersebut terjatuh dan mengerang kesakitan di kedua kakinya.
Pria yang membawa pistol itu tak lain adalah Davian. Dia meniup ujung pistolnya dan berjalan mendekati ketiga pria tersebut dengan tatapan mautnya. Para pengawal Davian langsung mengepung ketiga pria tersebut, sehingga mereka tidak bisa kabur.
Livia yang melihat kehadiran Davian seketika berlari dan memeluknya erat, dia sangat lega. Sungguh dari hatinya yang terdalam dia sangat berterima kasih kepada Davian, jika Davian tidak menolongnya entah apa yang akan terjadi pada dirinya.
Livia menangis tersedu-sedu memeluk Davian erat, tangannya bergetar, dia benar-benar ketakutan hingga tidak bisa mengatakan apapun.
"Tenanglah, aku disini." ujar Davian balas memeluk Livia dan mencoba menenangkannya. "Apa kau baik-baik saja? Apa mereka berani menyentuhmu?" tanya Davian yang hanya dijawab gelengan lemah Livia.
"Aku akan menghabisi mereka!" tegas Davian menatap tajam ketiga pria di depannya. Davian melepaskan pelukannya, namun Livia memegang erat lengannya dan memeluknya kembali.
"Ku-kumohon jangan pergi, ak-aku takut. Ayo kita pulang saja," jawab Livia terbata, menelusupkan wajahnya di dada bidang Davian dan menumpahkan tangisnya di sana. Livia terus menangis, mencengkeram erat kemeja Davian.
Davian yang tidak bisa menahan amarahnya, mencengkeram erat pistol di tangannya. "Semua akan baik-baik saja karena aku di sini, dan aku akan melindungimu." bisik Davian melepaskan pelukan Livia dan berjalan mendekati ketiga pria tersebut.
"Berani sekali kalian menganggu wanitaku! Berani sekali kalian menyentuh milikku!!!" teriak Davian menembakkan pistolnya kepada pria berkumis yang berdiri menatapnya dengan penuh ketakutan.
"Ampun tuan, kami tidak tahu jika wanita itu adalah milikmu," Pria botak itu berjalan perlahan dan berlutut dikaki Davian.
"Apa kau bilang haaah?! Tidak akan semudah itu!" murka Davian menendang pria di depannya. Davian kembali menatap Livia yang berdiri dengan tangan bergetar, dia menghela nafas dalam dan memutuskan untuk menenangkan Livia terlebih dahulu. "Kau lihat wanitaku?! Dia sangat ketakutan, Kalian berani menyentuh wanitaku, maka kalian terima akibatnya!" Davian menginjak kaki pria yang dia tembak dengan sangat kuat, hingga pria itu berteriak kesakitan.
"Patahkan tangan mereka karena berani menyentuh milikku, dan buang mereka ke penjara!" perintah Davian kepada Taylor dan beberapa pengawalnya.
"Baik tuan," jawab Taylor singkat.
Davian berjalan mendekati Livia dan mencium bibirnya lembut berusaha menenangkannya. "Tenanglah sayang aku di sini untukmu," ujar Davian memeluk Livia.
Livia hanya mengangguk lemah. Ohhh sungguh Livia telah melihat sisi lain dari Davian yang sebenarnya, Davian terlihat sangat kejam. Bahkan dia tidak segan menembak ketiga orang tersebut. Tetapi bagi Livia, Davian seperti malaikat penolong untuknya, entah sejak kapan Livia sangat merasa aman jika Davian berada disisinya, yang jelas saat ini dia sudah merasa aman. Pelukan Davian membuatnya kembali tenang.
"Ayo pulang. Mereka akan mengurusnya," ajak Davian membawa Livia masuk mobilnya.
Livia masih trauma dengan kejadian tadi, dia masih menangis jika membayangkannya. Davian memeluknya erat, berusaha menenangkannya hingga tanpa sadar Livia tertidur dipelukan hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You 21+ [Fast Update]
RomancePart masih lengkap, buruan baca! Cerita ini mengandung unsur dewasa (21++) dan kekerasan, harap bijak dalam membacanya. _________________________________________ "Hal yang paling bodoh dan tidak berguna adalah cinta seorang pria." _Livia Monica (2...