43. Indonesia

5.2K 258 86
                                    

"Ini, bawalah obatmu. Kau tidak boleh bekerja terlalu keras."

Tampak wanita paruh baya tengah menaruh beberapa tablet obat ke dalam tas Livia. Setiap pagi Shopia selalu menyiapkan semua keperluan Livia, dia benar-benar mengurus Livia dengan baik hingga Livia merasa seperti di perhatikan oleh ibunya sendiri.

Livia membawa tangan Shopia ke arah perutnya. "Rasakanlah, mereka marah bukan? Mereka menendang begitu keras akhir-akhir ini. Bahkan mereka berteriak, jika bibi juga harus menjaga kesehatan bibi."

Candaan Livia berhasil membuat Shopia terkekeh, "Dasar gadis nakal."

"Tidak hanya di rumah, di kantor dia juga sama nakalnya." celetuk seorang pria berdiri di ambang pintu.

"Mengapa anda ke sini?" tanya Livia sedikit terkejut, pasalnya dia sudah bangun lebih awal demi menghindari Ivan maupun Peter yang selalu menjemputnya.

"Tentu saja menjemputmu. Ayo berangkat."

"Jangan membuat pria manis itu menunggu, berangkatlah." ucap Shopia mengusap bahu Livia.

Livia menghembuskan nafasnya perlahan dan melangkah menghampiri Ivan. "Mulai besok anda tidak perlu menjemput saya."

"Seperti ada yang sedang bicara, dari mana asal suara itu." balas Ivan yang sukses membuat Livia tersenyum. Pria di depannya ini paling bisa merubah suasana.

"Kau selalu mendahuluiku, jika sampai dia terluka sedikit saja maka aku akan menghabisimu! Ingat itu!" teriak seorang pria dari balik kaca mobilnya.

Semua orang menoleh dan mendapati Peter yang sudah sampai di depan rumahnya. Di sana juga ada Rose yang seperti biasa menjemput Livia atau sekedar menyapanya.

"Sudahlah Peter. Mengapa kau masih menjemputku? Dan kau Rose! Kalian berdua tidak perlu menggangguku seperti ini," ujar Livia tersenyum bahagia karena banyak orang di sekelilingnya yang sangat peduli padanya.

"Kami tidak berniat menjemputmu, aku hanya ingin menyapa calon keponakanku itu." balas Rose tersenyum manis seperti biasa.

Ivan sudah siap membukakan pintu mobil untuk Livia, "Masuklah, kita bisa terlambat."

Livia menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya pada Peter dan Rose. Disusul dengan pasangan itu yang meninggalkan kediaman Shopia.
______________________________________

"Kau lelah?" tanya Ivan memperhatikan Livia.

Melihat wanita itu menggelengkan kepalanya membuatnya sedikit lega. Hari ini jadwal mereka begitu padat, mereka harus menghadiri beberapa rapat penting. Dan itu cukup menguras tenaga dan pikiran.

"Masih ada satu rapat lagi, kau yakin akan baik-baik saja?"

"Kau sama cerewetnya dengan bibiku," oceh Livia masih fokus dengan berkas-berkas di hadapannya.

Ivan terkekeh mendengar ucapan Livia, gadis itu spontan mengatakannya dan itu membuat hati Ivan menghangat. Dia merasakan kenyamanan jika di dekat Livia. Sungguh, dia merasa nyaman.

Rapat terakhir di hari ini benar-benar menguras tenaga. Rapat berjalan sekitar dua jam, investor mereka datang dari Budapest dan tentu saja kesepakatan bisnis ini tidak didapatkan dengan mudah. Dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya mereka mendapatkan kesepakatannya.

"Akhirnya kita mendapatkan kontraknya. Aku sangat bangga padamu." puji Ivan duduk di kursi kebesarannya menatap Livia yang malah fokus dengan laptopnya.

"Tentu saja, kita harus melakukan yang terbaik." balas Livia tanpa mau mengalihkan pandangannya.

Ivan menatapnya dalam.

Love Is You 21+ [Fast Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang