28. Rahasia Besar

5.1K 210 63
                                    

Happy Reading!!!

"Kau tidak boleh memberitahunya. Ayah tidak ingin kehilangan dia, kita tunggu waktu yang tepat." pinta seorang pria paruh baya terlihat gusar.

"Tidak. Sampai kapan kita akan menyembunyikannya?"

"Ayah mohon, dia bisa kehilangan akal jika dia tau yang sebenarnya. Sekarang pulanglah, dia sudah menunggumu."
______________________________________

Pukul tiga dini hari, Livia terbangun dari tidurnya. Merasakan tangan berat seseorang memeluk perutnya dengan sangat erat, menelusupkan wajahnya di ceruk leher Livia. Dan Livia tau siapa dia, tanpa sadar senyum terukir di bibir tipisnya mengetahui Davian telah kembali. Mendengar dengkuran halus darinya, membuat Livia tidak berani mengganggu tidurnya. Tetapi Livia juga merasa kesal, tanpa rasa bersalah dia kembali, bukankah Livia butuh sebuah penjelasan darinya?

Livia membalik tubuhnya menghadap pria yang tidur pulas di depannya. Davian terlihat begitu letih, rambutnya terlihat acak-acakan, juga jambangnya telah ditumbuhi rambut-rambut halus. Melihat keadaan Davian, Livia tidak jadi marah padanya. Livia menghembuskan nafasnya kasar, dan membalik tubuhnya kembali membelakangi Davian.

"Ada apa?" terdengar suara berat Davian yang kini kembali memeluknya erat, merapatkan tubuhnya pada Livia.

Livia diam tidak mau menjawab, wajar saja jika dia kesal. Livia menghempaskan tangan Davian yang memeluk perutnya. Namun sepersekian detik berikutnya, Davian kembali memeluknya.

Livia membalik tubuhnya dan menatap kesal Davian yang tidak mau membuka matanya.

"Mengapa kau meninggalkanku di sana sendiri? Dan mengapa kau tidak menjawab panggilanku? Mengapa kau tidak mengabariku? Setidaknya kirimkan pesan atau apapun itu, kau tau tidak tau bagaimana khawatirnya aku. Kau sangat menyebalkan." maki Livia panjang lebar meluapkan semua yang ada di hatinya.

Sedangkan Davian, pria itu hanya tertawa ringan masih tidak mau membuka matanya.

"Kau tidak sendiri, ada Leo dan Jacob. Dan ini lucu, mendengar kau mengkhawatirkanku."

Livia semakin kesal, kemudian mencubit hidung Davian dengan keras, membuat sang empu terpaksa membuka matanya.

"Tentu saja aku khawatir, bagaimana jika terjadi sesuatu padamu. Paman Jack juga tidak tau dimana keberadaanmu. Dan itu membuatku semakin khawatir,"

Melihat Livia kesal, Davian jadi gemas sendiri. "Tapi tidak ada yang terjadi, aku baik-baik saja."

"Kemarilah," Davian mendekap Livia erat, memberi kehangatan mencoba menenangkan gadis kecilnya.

"Jangan ulangi lagi," Livia balik memeluk Davian erat, mencari kenyamanan di dada bidang Davian.

"Aku tidak suka di tinggal sendirian,"

"Tidurlah, aku lelah." ucap Davian mencium kening Livia, sebelum akhirnya kembali terlelap dalam mimpinya.

Keesokan harinya, Davian bangun lebih awal. Dia sudah siap dengan setelan jasnya, dan bersiap untuk pergi ke kantornya. Davian duduk di sofa dekat jendela kamarnya, menatap Livia dengan tajam. Davian meremas ponsel yang berada di tangannya tanpa mengalihkan padangannya dari Livia yang masih terlelap.

Livia mengerjapkan matanya, matanya memicing melihat Davian menatap tajam padanya. Kemudian dia mendudukkan tubuhnya, dan balik menatap manik mata Davian dengan tatapan bingung. "Ada apa? Mengapa kau menatapku seperti itu?"

Davian melemparkan ponsel tadi kepada Livia. Livia menangkap ponselnya, iya ponsel itu adalah miliknya. Livia menyalakan ponselnya, dan dia tau alasan Davian bersikap seperti itu. Livia menggigit bibirnya, merutuki kebodohannya karena tidak menghapus pesan dari Peter. Livia menarik nafas dalam dan perlahan mendekati Davian.

Love Is You 21+ [Fast Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang