37. Sibuk

4.5K 186 36
                                    

Inilah aku... aku selalu sabar menunggunya, sabar menghadapinya, sabar dengan semua hal yang dia lakukan padaku. Cinta... ya aku bertahan karena cintaku padanya.

Katakanlah aku bodoh, karena memang benar adanya aku bodoh karena mengharapkan cinta dari pria dingin itu.

_Livia Monica_

______________________________________

"Mengapa diam saja? Masih marah padaku?" tanya seorang pria berjalan santai menyusuri koridor rumah sakit bersama gadis kecil dalam gendongannya.

"Tidak." jawab Livia singkat tanpa mau menatap mata Davian membuat Davian seketika menghentikan langkahnya.

Lama Davian berhenti membuat Livia terpaksa menatapnya, detik berikutnya pria itu menciumi seluruh wajah Livia dengan kecupan-kecupan lembutnya. Ohh sungguh pasti pipi Livia sudah semerah tomat sekarang, apalagi banyak orang yang memperhatikan mereka berdua.

"Hentikan... Aku maluuu," rengek Livia tersenyum geli menghindari bibir Davian.

"Malu? Kau wanita paling beruntung di dunia karena memilikiku. Jadi mengapa harus malu?"

Livia memicingkan matanya dan tertawa kecil, betapa percaya dirinya seorang Davian.

"Iyaaa... Aku sangat beruntung." balas Livia dengan tangan yang mencubit kedua pipi Davian.

Sesampainya mereka di depan pintu rumah sakit, mobil Davian telah menyambutnya. Davian membawa Livia masuk ke mobilnya dan meminta Jacob mengantarnya kembali ke mansion. "Pulanglah, banyak hal yang harus ku selesaikan."

Mendengar itu Livia kecewa, "Tidak bisakah kau mengantarku pulang? Jika tidak bisa, maka katakan padaku kapan kau akan pulang?"

"Istirahatlah, dan jangan pergi kemana pun tanpa seizinku." jawab Davian mengalihkan pembicaraan membuat Livia membuang nafas beratnya.

Banyak hal yang Livia pikirkan, apakah Davian memang sesibuk itu hingga dia tidak bisa mengantarnya pulang. Dia masih bersikap manis, tapi entah mengapa Livia merasa ada yang berbeda. Atau ini adalah efek dari kehamilannya untuk terus dekat dengan Davian. Entahlah, saat ini dia hanya ingin kembali ke mansion dan meminum jus wortel buatan bibinya.

Ponsel Livia bergetar, mengingatkannya pada suatu hal. Kemudian dia menekan beberapa nomor dan berniat mengirim pesan kepada seseorang yang dia pikirkan.

To : Dr.Elisa
"Terimakasih telah membantuku, aku sangat berterimakasih untuk itu."

Setelah mengirim pesan itu, Livia memasukkannya ke dalam tas nya dan mulai memejamkan matanya. Akhir-akhir ini dia sering sekali kelelahan dan ini membuatnya lemah jika melakukan aktivitas yang berat.

Sesampainya mereka di mansion, Livia disambut oleh Shopia yang setia menunggunya. "Kau sudah kembali? Dimana Davian?"

"Dia pergi ke kantor. Bi aku ingin jus wortel buatanmu. Aku akan ke kamar untuk beristirahat." Livia memeluk bibinya sebentar dan berjalan ke arah lift. Ponsel Livia bergetar tanda pesan masuk, dengan cepat Livia membuka pesannya dan membacanya dengan seksama.

Dr.Elisa :
"Kau bisa menghubungiku kapanpun, jika ada masalah dengan sakit di perutmu aku harap kau tak ragu untuk segera menghubungiku."

Senyum mengembang di bibir Livia, kali ini dia menemukan teman baru di sini. Livia meletakkan ponselnya di ranjang dan berbaring di sana, tanpa sadar dia mulai memejamkan matanya. Obat yang di resepkan dokter Elisa memberi efek kantuk padanya, tetapi dengan begini Livia dapat beristirahat dengan tenang tanpa memikirkan Davian yang belum menghubunginya.

Love Is You 21+ [Fast Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang