~Jika yang kau inginkan hanyalah tubuhku, maka aku tidak akan memberikannya. Apakah aku harus pergi terlebih dahulu, agar kau menyadari betapa pentingnya diriku di hatimu? Apakah aku harus pergi terlebih dahulu agar kau sadar bahwa kau mencintaiku?~______________________________________
Happy Reading!Livia terus menangis di pelukan Jack. Baru kali ini Jack melihat Livia benar-benar hancur. Dia begitu histeris dan sesekali memukul Jack. Hingga pukulan Livia perlahan melemah, seiring dengan kesadarannya yang menghilang. Livia pingsan, Jack pun melepaskan pelukannya juga meminta Davian melepaskan ikatan pada kedua tangan Livia.
"Istirahatlah Ayah, aku akan menjaganya." ucap Davian merenggangkan dasi yang masih terikat rapi di lehernya.
Jack mengangguk, dia harus memberi waktu Livia untuk menerima semuanya. "Jika terjadi sesuatu, segera panggil Ayah."
Davian melepas kemeja juga arlojinya, dan mengangguk pada Jack. Setelah Jack pergi, barulah Davian duduk di bibir ranjang. Mengusap lembut pucuk rambut Livia, dan menghapus jejak air matanya. Dia begitu menyesal karena menuruti perintah ayahnya, jika saja dia memberitahukan kejadiaan yang sebenarnya pada Livia. Mungkin Livia bisa menerima kabar mengejutkan ini dengan lapang dada dan kejadian ini tidak akan terjadi. Jika saja.
Davian memijat pelipisnya dan beranjak berdiri berjalan ke arah sofa. Dia berbaring di sana menghadap ke arah Livia. Dia tidak berani memejamkan matanya karena dia takut Livia akan bangun dan melakukan hal nekat lainnya. Dua jam lamanya terjaga, rasa kantuk mulai menyerang Davian hingga tanpa sadar dia tertidur. Begitu pun Livia yang juga masih memejamkan matanya.
Perlahan tapi pasti Livia mulai tersadar, dia mengerjapkan matanya beberapa kali membiasakan matanya dengan cahaya di sekelilingnya. Dia menatap sekeliling hingga tatapannya jatuh pada seorang pria yang tertidur pulas di atas sofa. Livia terus memperhatikan pria itu tanpa berkedip sekali pun, Davian terlihat begitu letih. Dia bahkan belum membersihkan dirinya semenjak pulang dari kantor, makan saja belum sempat. Livia kembali meluruskan pandangannya ke langit-langit kamar, menatap kosong ke atas tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya diam dan menatap ke atas.
Hingga tiba-tiba dia terisak dalam diam. Air mata tak henti-hentinya keluar dari kelopak matanya yang indah. Tubuhnya serasa kaku, dia hanya bisa menangis dalam diam. Berbicara saja rasanya sangat sulit.
Davian yang belum hanyut dalam tidurnya merasa terganggu. Samar-samar dia mendengar tangisan seseorang. Davian membuka kedua matanya dan menemukan Livia yang mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menahan tangisnya agar tidak pecah. Seketika dia berdiri dari sofa dan langsung menghampiri Livia, membawa tubuh ringkih Livia ke dalam pelukannya. "Hei hei... don't cry,"
"Don't cry. Aku di sini bersamamu,"
Livia makin terisak dalam pelukan Davian. Dia tidak bisa bergerak, rasanya tubuhnya seperti mati rasa. Dia hanya bisa menangis dan terus menangis.
Jack yang terjaga di luar kamar Davian pun segera masuk dan menghampiri Livia.
"Jangan menangis sayang, biarkan kakekmu pergi dengan tenang." ucap Jack dudk di samping Livia.
"Ak-aku sangat menyayangi kakek, aku bahkan belum bertemu dengannya semenjak kecelakaan itu dan sekarang dia meninggalkanku. Semua yang aku lakukan sia-sia, kakek tetap pergi." lirih Livia sangat pelan hampir tidak terdengar.
"Maafkan paman Livia, ini salah paman. Saat kakekmu sadar, paman berpikir untuk menceritakan semuanya pada kakekmu, tentang hubunganmu dengan Davian juga tentang perjanjian kita. Tapi ternyata itu malah memperburuk keadaan kakekmu. Karena paman pikir pada akhirnya kakekmu akan merestui hubungan kalian," Jack menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You 21+ [Fast Update]
RomancePart masih lengkap, buruan baca! Cerita ini mengandung unsur dewasa (21++) dan kekerasan, harap bijak dalam membacanya. _________________________________________ "Hal yang paling bodoh dan tidak berguna adalah cinta seorang pria." _Livia Monica (2...