Happy reading.....
Suara musik yang cukup keras diiringi dengan sorakan remaja yang baru lulus sekolah menengah atas itu memenuhi ruangan yang cukup luas di sana. Sejenak suasana bahagia menyelimuti keadaan di sekitar mereka. Canda dan tawa sejak tadi tak berhenti terdengar di telinga Hanna.
Malam yang sedikit dingin di tambah sedikit kabut di luar sana membuat Hanna yang sejak tadi hanya duduk di sofa sambil menikmati makanannya melangkahkan kaki ke arah balkon sebuah Bar di kota Bandung ini. Tempat ini cukup menarik menurutnya, yah walaupun sebenarnya ia tak terbiasa.
"Sejuknya," gumam Hanna menarik nafas dalam dengan mata terpejam. Tangannya berpegangan pada sisi pembatasan di depannya. Cahaya lampu dari rumah-rumah penduduk dan juga beberapa gedung tinggi yang bisa dihitung jumlahnya terlihat indah dari atas sana. Hembusan angin yang cukup kencang membuat rambutnya yang tergerai terbang menyapa ruang.
"Kok di luar?" Pertanyaan dari orang yang muncul dibelakangnya, membuat Hanna spontan menoleh. Gadis itu lalu tersenyum simpul tanpa menjawab.
"Dingin," ujar Raja lagi sambil menyampirkan jasnya di kedua bahu gadis itu.
"Liat deh, pemandangannya bagus banget," ujar Hanna kembali asik dengan dunianya.
"Iya, cantik." Bukannya melihat ke arah yang Hanna maksud, Raja malah sibuk memandangi gadis itu tanpa berkedip. Dia terlihat sangat menawan dengan gaun berwarna navy di tubuhnya. Rambut hitam yang jatuh di sisi wajahnya ia jepit dengan simple. Sejak tadi Raja tak berhenti mengagumi gadis yang sebentar lagi akan pergi jauh darinya itu. Waktu rasanya cepat berlalu dan semoga saja akan lebih cepat nantinya. Satu tahun menurut Raja itu sangat lama, bahkan Hanna belum pergi Ia sudah merasa rindu.
"Kamu nggak dicariin nanti sama temen-temen kamu? Sibuk banget itu bertiga cari kesempatan peluk sana sini," tanya Hanna sambil terkekeh kecil. Ia dari tadi hanya bisa tertawa geli dengan tingkah Kennan, Aldi dan Daren yang hampir mabuk.
"Nggak penting," jawab Raja santai.
"Kamu nggak mau nyari kesempatan juga?" Goda Hanna sambil menaik-turunkan alisnya.
"Emang rela?"
"Ya kalau kamu mau sih aku nggak apa, lagian ini perpisahan kok jadi wajar aja," jawab Hanna memaklumi jika Raja ingin mengucap perpisahan dengan cara seperti itu. Karena tadi pun ada salah satu anak IPA yang tak ia kenal mendatanginya sambil mintak peluk. Hanna mau saja, kan hanya sebuah pelukan tak lebih. Eits, kalian jangan bilang-bilang ya.
Raja memutar bola matanya malas lalu berbalik menyender pada pembatas di sana. Ia lebih suka menatap Hanna jadi biarlah pemandangan dibelakangnya jadi pelengkap saja.
"Gue tau lo habis dipeluk sama cowok, siapa tu namanya?" ujar Raja sengit. Jangan kira ia tak tahu karena sejak tadi biarpun tak berada di samping gadis itu, pandangan tak pernah lepas. Untung saja Kennan menahannya, jika tidak sudah dipastikan Bar ini sudah jadi ring tinju saat itu juga.
Hanna yang kepergok hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Lucu saja rasanya melihat ekspresi Raja saat ini.
"Terus kenapa? Mau marah?"
"Iya."
"Yaudah, yaudah aku mintak maaf. Udah tiga kali dia mintak peluk jadi aku kasih aja biar berhenti," ujar Hanna memberi penjelasan.
"Nggak terima alasan."
"Kalo cinta nerima nggak?" Kata Hanna malah menggombal.
"Enggak."
"Terus kamu nerimanya apa?"
"Cium," ujar Raja menujuk pipinya dengan ekspresi yang menurut Hanna menggemaskan. Pipinya sedikit merah, mungkin karena efek alkohol yang Raja minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.