Happy reading......
Raja menatap ponselnya dalam diam, puluhan panggilan tak terjawab tertera di layar benda pipih itu dan itu semua dari Kennan. Raja menghirup rokok di tangannya dalam, lalu menghembuskannya penuh nikmat. Kepulan asap berbahaya itu kemudian menyatu bersama angin malam yang terasa begitu dingin di kulit. Tak ada sedikitpun keinginan Raja untuk balik menghubungi teman laknatnya itu dan entah apa yang membuat cowok itu berdiam diri disana, menyender di mobilnya sambil terus menatap ke arah rumah tempat Jenny tinggal. Rumah yang jauh berbeda dari apa yang Raja tau. Dulu rumah Jenny berada di pusat kota tetapi sekarang gadis itu tinggal di komplek sepi jarang penduduk. Hanya ada sekitar 5 rumah dan jaraknyapun berjauhan.
"Drrtt....Drrttt...Drttt..."
Suara dering panggilan lagi dan lagi mengusik Raja dari kegiatannya. Cowok yang tak punya ekspresi itu menatap ke dalam mobil lalu mengambil ponsel milik Hanna yang tergeletak di sana.
Dion sialan 😠😠.
Itulah nama yang tertera di sana dan entah bagaimana ada perasaan tak enak menghantam ulu hati Raja.
"Ehh monyet, udah sembuh belum?" Raja menjauhkan ponsel di tangannya. Suara di sebrang sana nyaris saja membuat telinga Raja berdarah saking kerasnya.
"Kok malah diem, heii ente," ujar Dion lagi saat tak kunjung mendapat jawaban.
"Mendadak bisu lo ya? Hanna jawab kek"
"Ponsel sudah di jual." Raja memutuskan sambungan telepon secara sepihak, lalu sorot mata cowok itu sedikit melembut saat melihat foto layar kunci Hanna. Gadis itu terlihat sedang kewalahan menggendong kucing. Ada tiga kucing di tangannya lalu di tambah satu kucing besar berada di atas kepala gadis itu. Raja menghela nafasnya pelan, Hanna sudah begitu banyak punya kucing dan masih saja meminta ganti rugi berupa anak kucing. Entah di mana Raja akan mendapatkannya, cowok dingin seperti dia, kucing saja tak berani lewat. Ahh tidak, sebenarnya ia yang tak berani dengan makhluk lucu berbulu halus itu. Sungguh memalukan.
Raja menggeleng sambil bergeidik, ia kemudian memasukan ponsel Hanna ke dalam kantong hoodienya. Tangannya dengan kasar melempar rokok yang tinggal setengah hingga menghantam tanah lalu menginjaknya asal. Raja memasuki mobil, mengedarainya dengan kecepatan tinggi, musik yang berdegum menemani Raja di tengah kesunyian malam. Ahh bukan malam, subuh lebih tepatnya. Jalanan disana nampak lenggang dan peneranganpun hanya seadanya. Pohon pohon besar dengan ranting menjuntai ke arah jalan membuat kesan seram lebih dominan di tempat ini. Mungkin jika bukan Raja, jarang ada orang yang berani lewat di jam segini.
Raja mempercepat laju mobilnya, tatapannya lurus memandang jalanan. Kalian jangan berpikir Raja takut dengan hal hal berbau mistis seperti itu. Karena dalam hidup seorang Raja yang dingin dan mengitimidasi tak mengenal rasa takut. Ya tidak untuk sekarang, mungkin nanti.
Saat melewati rumah sakit tempat Hanna dirawat cowok itu entah mengapa memelankan laju mobilnya, ia bimbang antara datang lagi kesana atau langsung pulang saja. Aihh mengapa ia jadi memikirkan gadis menyebalkan itu.
Raja menggelengkan kepalanya pelan sambil mengacak rambutnya kasar. Cowok itu kemudian memutuskan menekan pedal gas mobilnya dan pergi dari sana. Setelah sampai di rumahnya ia langsung membersihkan diri. Dinginnya air membuat pikiran Raja sedikit lebih segar. Sejak tadi pikirannya terus saja berkecamuk, dia bahagia saat Jenny kembali ke sisinya tetapi terbesit rasa iba saat ia melihat Hanna tanpa bisa ia kendalikan.
***
Hanna berdecak kesal saat dokter tak kunjung mengijinkannya pulang, padahal kondisi Hanna sudah sangat sehat, bahkan gadis itu sudah memberikan alasan alasan paling berbobotnya, mulai dari UTS, Katty lahiran sampai sahabatnya mau kawin, tetapi tetap saja pak dokter tak menyetujuinya dan malah tertawa dan menggeleng geli. Hmmm terima kasih karena sudah membuat Hanna hampir mati ke bosanan pak dokter, untung masih muda, untung juga ganteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.