Happy Reading......
Hening, itulah yang menyelimuti kedua manusia yang asik dengan kegiatannya sendiri. Hanna yang linglung, masih belum sadar dari keterkejutannya dan Raja yang dengan cuek memainkan ponsel di tangannya seolah apa yang baru saja ia ucapkan hanyalah secuil upil unta.
Kegiatan saling diam itu bertahan hingga sekitar setengah jam, entah sudah sampai sejauh mana Hanna terbang, berdoalah semoga Hanna di tabrak burung sehingga keheningan ini tidak berlanjut hingga subuh.
"Astaga demi mimi peri idola Kennan kamu bilang apa tadi?" Dan yahh ternyata doa kalian di kabulkan, mantap.
Hanna berlari kecil menghampiri Raja yang sudah berbaring di atas ranjang, dengan mata yang ia tutup dengan lengannya.
"Lo budek?" Tanya Raja dengan nada sinis, dan tentu saja tak beranjak dari posisinya,"inikan yang lo mau?"
Hanna menganguk beberapa kali senyum manis tak hilang dari sudut bibirnya. Ia tak sadar dengan raut sinis Raja.
"Jadi sekarang kita pacaran?" Hanna menggoyang-goyangkan lengan Raja dengan wajah sumringahnya. Berlocat-locat kecil layaknya bocah kelas 2 SD.
"Hmmm."
"Kamu serius? Nggak lagi bercandain aku kan? Nggak gagar otak gara-gara tawuran kan?" Hanna masih tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Nggak mau yaudah."
"Mau banget, banget, banget. Fix ya kita pacaran? Nggak bisa ditarik loh ya, yang tadi."
"Bawel," gerutu Raja menutup telinganya.
Hanna bersorak dalam hati, senang bukan main. Niatnya hanya iseng tapi malah mendapat kejutan luar biasa. Rejeki anak soleh memang nggak kemana ya. Tetapi Hanna bingung, apa yang membuat Raja menerima ajakannya untuk berpacaran sedangkan dari gelagatnya cowok itu belum suka padanya. Ahh sudahlah, yang penting mereka sudah resmi taken dan Hanna akan membuat Raja cinta mati padanya. Batin gadis itu tertawa jahat.
"Udah malem, pulang sana," tambah Raja mengusir dengan nada datarnya. Sedangkan Hanna otomatis memanyunkan bibirnya sebal, sungguh Raja tak ada romatis romantisnya sama sekali. Baru juga pacaran bukannya di anterin pulang malah di usir, nasib, nasib.
"Pacar, anterinlah ini kan udah malem." Tangan Hanna berpindah menusuk nusuk pipi milik Raja random, baru saja Hanna ingin dengan sengaja membuat jarinya terpeleset ke bibir tebal milik cowok itu, tetapi tangan si korban sudah sigap menangkap tangan mungilnya, ahh bukan, maksudnya tangan bantet milih Hanna.
"Pulang sendiri." Raja menjauhkan tangan Hanna dari wajahnya lalu kembali menutup mata malas.
"Nggak boleh lo jahat sama pacar sendiri, nanti kalau aku yang cantik ini di perkosa di gang depan gimana?" Hanna memasang wajah memelasnya, dan tentu saja itu tidak berpengaruh, lah wong orang di depannya tutup mata.
"Raja bangun, anterin pulang. Nanti aku pulangnya gimana," ujar Hanna saat tak kunjung mendapat tanggapan dari Raja. Dan dengan ekspresi kesalnya Raja menghela nafas berat, mengecek ponselnya lalu berujar
"Grab, udah di bawah."
Hanna membulatkan matanya, pacar barunya ini sungguh perhatian sekali. Gemes deh, jadi pengen nampol. Nggk pernah pacaran apa ya? Sebel.
"Aku pulangnya sama kamu titik, nggak mau sama abang grabnya," kesal Hanna masih saja bersikeras supaya di antar pulang Raja, ia menghentak hentakan kakinya kasar sambil mengembungkan pipi bulatnya.
"Pulang sana, ditunggu grabnya," pinta Raja menghela nafas dalam, cowok itu akhirnya mendudukan dirinya sambil mengacak rambutnya kasar tetapi masih tak berniat mengantar Hanna pulang ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.