Happy reading......
Kembali seperti biasa Hanna berlatih drama musikal sore ini. Gadis itu berjalan kesana kemari sambil menghapalkan naskah drama yang akan ia tampilkan. Drama yang bercerita tentang kisa cinta anak muda yang sebenarnya klise tetapi Hanna suka karena menurutnya ini cukup menarik. Dua orang mantan kekasih di masa lalu yang bertemu kembali tetapi sulit untuk bersama. Janji untuk saling berjauhan satu sama lain membuat jalan ceritanya sedikit berbeda.
"Na lo dari tadi diliatin noh sama Raja," ujar Brina menyenggol lengan Hanna menggoda. Ais apa gadis ini tidak tau apa yang terjadi pada mereka? Berani - beraninya menggoda Hanna, huh.
"Biarin lah Brin nggak penting."
"Iya juga sih, gue lebih dukung lo sama Dion," ujar Brina terkekeh sambil melarikan diri dari Hanna. Gadis tomboy itu memang sudah seperti mak comblang kalau Dion tiba-tiba datang dan menemui Hanna.
Hanna melirik Raja lewat ekor matanya tak ingin sang empu mengetahuinya. Ia bukannya tak sadar jika sedari tadi Raja selalu berusaha untuk berinteraksi dengannya. Hanna sadar betul oleh karena itu Ia selalu memilih menghindar. Bajingan itu beraninya mendekati Hanna saat baru putus dengan Jenny. Ais menyebalkan kenapa dadanya malah berdetak kencang tak jelas seperti ini.
Di sisi yang berbeda Raja terseyum tipis saat berhasil membidik gambar dari gadis yang tengah berlalu lalang di atas panggung itu. Ia berdiri di tangga paling belakang aula sekolah mereka. Pemandangan seperti ini entah mengapa membuatnya menghangat. Walau keberadaannya ketara jelas mendapatkan penolakan tetapi Raja sudah cukup senang melihat Hanna seharian ini.
Hampir tiga jam mereka berlatih dan sekarang saatnya semua pemain dan kru beristirahat sejenak. Sie konsumsi membagikan makanan kepada semua orang yang saat ini duduk melingkar. Hanna tersenyum antusias karena perutnya sudah berbunyi sedari tadi dan juga ia sangat haus. Hanna jadi ingin minum es kelapa.
"Aiss dingin," pekik Hanna saat seseorang menempelkan jus yang dingin dilengannya.
Raja menatap Hanna lembut lalu beralih ke arah Joni orang di bagian lighting yang saat ini duduk di samping Hanna tajam. Yang ditatap pun tersadar lalu pindah dari tempatnya.
"Buat lo," ujar Raja sambil menyodorkan jus alpukat di tangannya. Ia sungguh tidak tau apa yang Hanna sukai jadi ia hanya asal pilih buah dan berharap Hanna menyukainya.
"Makasi, tapi gue nggak butuh," tolak Hanna dengan ekspresi datar.
"Gue tau lo haus, minum ya."
"Gue nggak mau."
"Yaudah kalau lo nggak mau buang aja," ujar Raja dengan suara amat santai dan juga wajahnya terlihat sedikit kecewa.
Hanna mengeram kesal lalu bangun dari duduknya. Tak lupa ia menyambar sekotak nasi miliknya,
"Udah ya, Raja Bagaskara. Jangan buat gue tersiksa dengan keberadaan lo ini dan satu lagi gue sama sekali nggak suka jus alpukat."" Tunggu, mau kemana?" Tanya Raja menahan pergelangan tangan Hanna. Cowok dingin itu tak terlihat tersinggung ataupun marah membuat Hanna sedikit heran. Biasanya Raja akan langsung mengeluarkan tatapan dingin penuh intimidasinya kalau mendapat penolakan seperti itu.
"Lo mau gue beliin yang baru? Mau rasa apa?"
Apa Raja tak mengerti atau hanya pura-pura bodoh. Aiss, hal ini membuat Hanna gila lama-lama.
"Rasa apapun yang lo beli gue nggak akan suka, jadi lo nggak perlu repot-repot," ujar Hanna setelah berhasil menarik nafasnya dalam-dalam. Butuh keberanian ekstra untuknya mengatakan hal itu. Astaga bahkan sekarang Hanna lupa kalau ia sedang duduk dengan banyak orang dan bodohnya mereka sudah menjadi pusat perhatian sekarang. Ada yang bersiul ada juga yang asik dengan kegiatan makannya. Hanna segera menyentak tangan Raja dan berlalu dari sana. Situasi seperti ini membuatnya ia ingin menangis saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.