Happy reading......
Hanna memejamkan matanya pelan, air matanya mengalir seiring dengan suara yang terdengar dari sebrang sana. Lima belas menit yang lalu Kennan menelponnya, tetapi bukan suara cowok itu yang ia dengar, melainkan racauan menyedihkan dari orang yang tadi ia ajak bertengkar. Kata - kata cowok itu terdengar sangat tulus dan Hanna menyadari fakta bahwa ia terlalu naif pada perasaannya sendiri. Tetapi apa boleh buat untuk kembali pun ia tak bisa karena waktu dan semesta tak berpihak pada mereka.
" Lo udah denger semua kan?" Suara Kennan terdengar dari seberang sana. Hanna yang masih segukan hanya bisa mengangguk tanpa suara.
" Kasih dia kesempatan Na, gue yakin dia tulus dan nggak akan nyakitin lo lagi."
"Gue nggak bisa Ken."
"Kenapa nggak bisa? Gue tau lo masih sayang sama dia, lo hanya perlu berdamai dan memaafkan."
"Raja udah berubah banyak, dia bahkan udah pertaruhin nyawanya buat lo, orang yang dia sayang."
"Gue tetep nggak bisa," Hanna terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya,"gue nggak mau pada akhirnya nanti dia lebih hancur dari pada ini."
"Gue yakin lo bisa sembuh Han, lo gadis kuat gue tau pasti itu, lo hanya perlu berjuang."
"Pikirin baik-baik ucapan gue, maaf kalau kesannya gue maksa lo. Bye Hanna selamat malam dari Kennan ganteng, muah."
Sambungan telepon terputus bersamaan dengan tangis Hanna yang pecah. Jahatkah ia sekarang?
* * *
Raja menatap halaman sekolah dari atap tempat biasa ia bersembunyi. Tak ada jejak kekacauan yang ia buat semalam, kecuali tambahan perban di punggung tangannya. Cowok tampan itu berbaring dengan tangan yang ia gunakan sebagai bantal. Ia Memejamkan mata, sesekali hembuskan nafas kasar darinya terdengar dengan jelas. Sedikitpun cowok dingin itu tak peduli dengan rasa sakit di tangannya. Hari ini mungkin akan menjadi hari terberat untuk Raja. Tapi biar bagaimanapun ia sudah memikirkannya dengan penuh pertimbangan.
"Door." Suara keras Kennan yang mengagetkan tak membuat Raja bergeming barang sedikitpun. Ketiga orang yang sudah menempatkan bokongnya di samping cowok itu saling memandang. Kennan kemudian mengangkat bahunya, memberi gesture tidak tahu.
Aldi dengan jailnya menyentuh luka Raja. Sentuhan pertamanya tidak ada reaksi ia lalu kembali dengan sentuhan yang lebih keras.
"Setan," umpat Raja sambil menatap tajam kearah Aldi yang menunjukan mimik wajah tak bersalah. Raja kemudian memilih kembali menutup matanya. Meladeni Aldi dan Kennan hanya akan membuatnya sakit kepala.
"Lo sih Di, anak gue lagi galau juga." Kennan berujar sambil mengelus rambut Raja kasar. Mulutnya tak berhenti cekikikan mengingat kejadian semalam.
"Jangan lupa di kasih susu yang banyak biar nggak nangis." Darren menambahkan dan diikuti suara tawa dari dua orang di sampingnya.
"Anakku jangan menangis, Ibu kan selalu di sini." Kennan bersenandung kecil sambil menangkup wajah Raja dengan kedua tangannya.
"Bhuahaha.... Aduhh nggak kuat gue." Aldi tertawa terpingkal-pingkal. Cowok yang tak bisa jauh dengan yang bening-bening mantap itu dan juga Darren semalam memang sudah menunggu di rumah Raja saat Kennan menelpon, karena itulah mereka ikut menggoda cowok dingin itu sekarang.
Raja yang merasa terganggu pada akhirnya bangun dari tidurnya.
Ia kembali mengumpat dengan suara pelan,"Berisik kalian.""Kita lagi ngibur malah di bilang berisik, ada akhlak lo begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.