Jika aku tau rasanya akan semenyakitkan ini, dulu harusnya aku sadar untuk cukup hanya menjadi dua orang asing, tidak lebih.
~Hanna Sabrina Aditama
Happy reading........
Hanna tengah menatap hujan yang datang tiba tiba di sore ini, memberi ruang untuk dirinya menikmati rintik dan suaranya yang menenangkan hati.
Gadis itu menarik nafasnya dalam, lalu senyum manis menghiasi bibir tipisnya membuat lengsung pipi yang manis membingkai wajahnya dengan sempurna. Semalam Hanna sudah berpikir matang matang dan ya, sekarang dia sudah memutuskan akan memaafkan Raja. Biarlah orang orang di luar sana mengatainya gila. Yang jelas hatinya tidak bisa berlama lama marah dengan cowok yang ia sayangi itu. Kalau di pikir - pikir cinta itu memang buta ya, hingga mampu membuat Hanna menjadi sebodoh ini. Tetapi tak apa, ini belum seberapa jika harus di bandingkan dengan perjuangan yang sudah Hanna lakukan sedari awal, jadi anggaplah ini kesempatan kedua untuk dirinya, Raja dan juga rasanya.
Hanna mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, menatap orang orang yang tengah berlalu lalang sambil menunggu langit yang masih saja setia menumpahkan kesedihannya. Genangan air bertambah naik dan memenuhi lantai, perlahan gadis itu berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya perlahan menuju kelas Raja. Dalam hati gadis itu berdoa semoga cowok dingin yang malah ikut cuek saat ia marah masih disana sekarang.
Hanna menghela nafasnya gugup saat dirinya tepat berada di ambang pintu kelas IPA 2. Dari dalam kelas yang sudah nampak sepi Hanna mendengar suara cekikikan dari Kennan yang nampaknya tengah merayu Siti dengan pisang goreng dan kopi hitam yang biasa ia bawa.
"Haii Kennan, Hai Aldi Rajanya ada?" Kennan langsung menghampiri Hanna di ambang pintu. Cowok tengil itu menyodorkan pisang goreng yang Siti tolak tadi. Jahat memang.
"Gua nggak tau, tangan sama kaki lo kenapa?"
"Kok nggak tau? Kalian kan biasanya lengket kayak papeda."
Hanna yang enggan menjawab pertanyaan Kennan malah balik bertanya.Kennan memutar bola matanya malas, lalu menatap Hanna sejenak. Dirinya merasa kasihan dengan gadis ini, terlalu polos dan mudah di bohongi. Bahkan oleh orang terdekatnya sendiri dan Kennan bimbang sekarang, langkah apa yang harus dirinya ambil jika sudah begini.
"Na, lo marahan ya sama Raja?" kali ini Aldi lah yang buka suara, cowok itu duduk di meja dekat pintu sambil terus menatap ke layar ponselnya.
"Hehe beberapa hari ini sih. Ini makannya mau nyari dia biar bisa baikan." Aldi hanya mangut mangut saja sambil berooh ria, pantas saja Raja mabuk semalam, pikirnya. Ya Aldi dan Daren memang tidak tau apa apa mengenai masalah Jenny, Raja dan Kennan. Mereka juga enggan bertanya, bukannya tidak peduli atau apa. Tapi biarlah Raja yang bercerita sendiri nantinya, mereka hanya tak ingin memaksa.
Kennan menatap gadis itu tidak suka,"Kalau jahat tinggalin aja Na, gue nggak mau lo lebih terluka lagi nantinya."
"Kok lo ngomong gitu sih Ken?" Hanna mencebikan bibirnya, menatap cowok tengil yang mendadak serius itu.
"Kenyataan Hanna. Lo nggak akan bisa ngerubah itu."
"Ken tau sesuatu tentang Raja ya?" tanya Hanna dengan tampang curiga dan penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Roman pour AdolescentsAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.