Happy reading.......
Hanna merebahkan diri di kasur empuk bergambar ikan koii miliknya, ia berguling kesana dan kemari dengan gerakan absurd. Gadis itu kemudian melempar remote tv dengan kesal, tak ada siaran bagus yang bisa ia tonton. Hanya ada berita berita politik yang sama sekali tidak Hanna mengerti, kadang Hanna heran sama masyarakat kita. Kenapa kok apa apa selalu di sangkut pautinkan dengan politik, bahkan tak jarang pula orang menebar kebencian atas nama agama. Pusing Hanna lama lama, kalau saja ponselnya ada sekarang, lebih baik Hanna membaca komen receh netizen Indonesia. Lumayanlah buat ngocok perut, bacotan mereka mah nggak ada duanya. Lucu deh pokoknya. Kalian harus coba !
Hanna menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia memutar bola matanya ke seluruh penjuru kamar. Adakah sesuatu yang menarik ? Hanna menggelengkan kepala, lalu menyeret kakinya menuju kamar kucing di sudut ruangan. Di bukanya pintu itu dengan pelan, takut anak anaknya pada kabur ke kamar Hanna yang sudah wangi. Setelah menutup pintu, Hanna duduk mengelus anak kucing yang sejak tadi tak mau melepaskan kakinya. Memang dasar kucing manja.
Hanna memicingkan matanya saat melihat Katty, kucing kesayangannya meringkuk di kandangnya. Biasanya kucing itu akan langsung melocat ke bahu Hanna dengan girang tetapi sekarang tidak. Hanna mendekati kucing berbulu lebat itu, lalu mengoyang tubuhnya dengan pelan.
"Puss, Katty"
"Meong, males banget sih tidur terus."
Tak ada pergerakan dari kucing di depannya, tubuh si Katty juga sudah sedikit kaku. Bibir Hanna perlahan melengkung kebawah saat sadar kucingnya sudah tak bernyawa. Air matanya mengenang di pelupuk lalu di detik berikutnya tangisan Hanna memenuhi seluruh penjuru rumah.
"Huaaa, Katty jangan mati dong."
Hanna memeluk hewan berbulu itu dengan sayang, berharap kucing kesayangannya kembali mengeong, memang dasarnya ia cengeng kalau masalah apa yang ia sayang. Bahkan kucing saja sudah mampu membuat gadis itu segukan.Hanna berlari menuruni tangga. Menghampri Bi Sumi yang sedang berkutat di taman belakang rumah.
"Bibi, Katty kenapa mati?"
"Astaga masak non, padahal kemaren udah Bibi bawa ke dokter."
"Iya, dia tadi pas Hanna datengin udah kaku badannya huhuaa," Hanna melanjutkan tangisnya sambil memeluk Bi Sumi dengan erat, Hanna tuh nggak akan rela Katty mati begitu saja. Secara Katty adalah kucing pertama yang ia punya dan itu hadiah dari sang mantan. Hanna sudah sayang banget sama mantan, eh Kattynya maksudnya eh malah mati.
Tiba-tiba pikiran Hanna teringat akan suatu hal. Apa jangan jangan Katty mati karena Hanna meminta kucing baru pada Raja ya ? Ahh mungkin saja. Ehh tapi mana mungkin. Tangisan Hanna mengeras hingga membuat nafasnya tersengal sengal. Bagaimana ini... Hanna sedihh.
"Udahh non jangan sedih, kucingnya juga masih banyak."
"Tapi Katty kesayangan aku, pokoknya nggak mau Katty mati."
"Kumaha atuhh, Bibi teh mana bisa bikin Katty idup lagi," jawab Bi Sumi tak tau harus berbuat apa.
"Bibi huaaa, sedihh"
"Udah udah, mending Katty di kubur dulu ya biar nggak nular sama yang lain."
Hanna menganguk kecil, lalu berjalan dengan gontai menuju kamar kucingnya. Hanna duduk sebentar sambil memeluk anak anaknya yang lain.
"Popi, Pepi Pedi, jangan mati juga ya... Sedih tau," gumam Hanna dengan mata sebab dan hidung memerah.
Hanna mengusap air mata yang sejak tadi tidak mau berhenti menetes. Perlahan Hanna mengangkat Katty ke gendongannya, membawa kucing itu ke belakang rumah untuk di kubur. Hanna mengambil uang 100 ribuan di dompetnya sesekali mengelus kepala kucing yang telah mati itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Fiksi RemajaAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.