Happy reading.....
Hanna dengan telaten mengobati wajah Raja yang mulai membiru dan sedikit bengkak, tak ada reaksi dari cowok di depannya itu, hanya ringisan kecil ketika Hanna tidak sengaja menekan lukanya terlalu
keras."Maaf, sakit ya? Pasti sakit sih," ujar Hanna bertanya sendiri menjawab pun sendiri.
"Makasi udah nolongin gue lagi, nggak kebayang kalau lo nggak dateng tadi mungkin gue udah tewas di sana."
Raja memutar bola matanya malas lalu pada akhirnya bersuara," Lebay."
"Enggak lebay tapi emang itu kenyataannya kan, Panji itu brengsek banget." Hanna mengidikkan bahunya sambil menggelengkan kepalanya. Bayangan-bayangan nasib mengerikan yang bisa saja ia alami berputar di kepalanya.
Tak mau ambil pusing dan telinganya panas karena ocehan cerewet Hanna, Raja berdiri dari duduknya. Ia tak sengaja mendengar keributan tadi dan siapapun yang melihat Hanna meringsut ketakutan pasti akan menolong gadis itu. Tak ia sangka cewek yang mengatainya bisu ini begitu berisik.
"Eh jangan pergi dulu," Hanna menahan lengan Raja erat saat cowok datar itu beranjak dari tempatnya,"nama lo Raja kan? boleh pinjem hp lo sebentar?"
Raja melirik Hanna sekilas dengan tatapan tajamnya. Cowok itu nampaknya terganggu dengan gadis di sampingnya.
"Lo pinjemin hp lo atau gue cium?!" Ancam Hanna agresif. Ia harus bertidak sekarang kalau tidak kesempatannya akan hangus begitu saja.
"Lepas!" Ketus Raja menatap Hanna tajam
"Nggak mau pokoknya gue hitung sampe tiga kalo lo nggak kasih hp lo gue cium," ancam Hanna lagi sembari mendekat ke arah cowok dingin itu.
"Gila," Raja berdecih sambil menyerahkan ponselnya. Ia sangat malas berdebat.
Entah apa yang Hanna lakukan dengan ponsel di tangannya itu, yang jelas jarinya sedari tadi tak berhenti menekan layar. Senyumnya mengembang setelah menemukan apa yang dia cari, lalu setelah itu mengembalikannya pada si pemilik.
"Gue udah simpen nomor gue di sana, nanti kalau gue chat bales ya,"ujar Hanna masih dengan senyum manisnya.
"Oh ya, gue suka sama lo, jadi lo harus mempersiapkan diri jadi pacar yang baik buat gue." Hanna dengan santainya berujar seperti tanpa dosa, sedangkan Raja meneliti gadis di depannya ini dengan pandangan meremehkan. Apa gadis ini masih waras? Mengapa berani beraninya dia berbicara begitu? Apakah dia tak tau siapa Raja sebenarnya?.
"Oh ya sekali lagi makasih, lo udah bantuin gue dua hari ini,"ujar Hanna
"Lagi satu, hmm mulai sekarang panggilan kita aku kamu. Terserah kamu suka atau nggak."
"Stress lo?" Tanya Raja dengan nada mengejek lalu melangkah pergi.
"Huuf untung suka,"ujar Hanna menghela nafas.
Hanna kemudian melangkahkan kakinya melewati koridor sambil menenteng tas, rasa lelah berlari sepuluh putaran masih terasa di kakinya. Dan dapat di pastikan nanti malam dia tak akan bisa tidur hingga pagi.
Sampai di tujuan, Hanna mendapati kelasnya seperti kapal pecah, bangku yang berantakan, tatanan meja yang sudah tak berbentuk, kertas yang berserakan dan teman perempuan yang telah menduduki wilayah tetapnya di saat jam kosong seperti ini. Sedangkan yang laki laki membuat panggung konsernya sendiri, tidak heran memang jika semua guru bidang study yang mengajar mereka pasti akan selalu mengeluh kepada wali kelasnya. Tetapi masa masa inilah yang akan kita ingat dan rindukan saat sudah berpisah nanti.
"Hanna lo dari mana aja," tanya Melli berteriak heboh.
"Habis di hukum nyonya besar," jawab Hanna malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Fiksi RemajaAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.