Happy Reading........
Hanna melamun, Menata kembali hatinya yang masih saja sakit walaupun kejadian itu sudah terjadi minggu lalu. Seharian ini, gadis itu hanya berdiam diri di kelasnya. Melupakan sakit maag yang bisa saja kambuh karena ia tak memakan apapun sejak tadi pagi. Gadis itu memilih menyibukan diri dengan ukulelenya sambil menghitung detik demi detik yang terdengar dari jam dinding yang menggantung di atas papan tulis. Dasyat memang dampak dari sakit hati, efeknya membuat gadis bernama Hanna itu galau berkepanjangan. Rasanya ia enggan makan, enggan mandi. Pokoknya Hanna malas gerak dan yang gadis itu lakukan hanya terus menerus menghembuskan nafasnya berat. Berusaha menghilangkan bayangan bayangan cowok dingin bermarga Atmaja dari pikirannya. Cowok yang belakangan ini Hanna hidari.
Dua hari lalu, cowok yang sukses membuat Hanna pantah hati itu datang kerumahnya membuat Hanna memaksa Bi Sumi untuk berbohong. Ya Hanna benar benar tidak ingin melihat Raja saat itu bahkan sekarang pun Hanna tidak ingin. Biarin aja, biar kapok itu si Raja.
Hanna memetik senar ukulelenya saat kelas mulai sepi karena jam istirahat telah berbunyi. Gadis itu menyalurkan semua rasanya lewat lagu yang perlahan lahan keluar dari bibir tipisnya.
Kau hancurkan aku dengan sikapmu...
Tak sadar kah kau telah menyakitiku...
Lelah hati ini meyakinkanmu..
Cinta ini... Membunuhku....."Woiii galau mulu lo nyet." Dion menggebrak meja di depan Hanna lalu mendudukan pantat semoknya disana, tangannya menenteng buku tugas dengan gambar ultramen.
Hanna menghentikan kegiatannya, menatap Dion dengan jengkel. Nggak bisa apa ya sehari aja ni cowok nggak ngajak berantem?
"Diem Dion gue lagi nggak mood berantem."
"Loh loh, emang kapan gue ngajak lo gelut nggak ada tuh."
"Dion ahh, malesin."
Dion terkekeh pelan sambil mengacak rambut Hanna yang di kuncir kuda. Perhatian cowok itu kemudian tertuju pada tangan dan kaki Hanna. Sudah sejak tadi Dion ingin bertanya tetapi salahkan saja Miss Rum yang memanggilnya ke ruang BK hingga jam istirahat kedua ini.
"Tangan sama kaki lo kenapa lagi tuh? Nggak bosen apa di perban mulu." Dion menarik tangan Hanna yang terluka, memperhatikannya dengan seksama.
"Di srempet sama copet," jawab Hanna dengan ogah ogahan. Malas sebernarnya mengingat ngingat kejadian itu.
"Lagian lo sih kecil gini minta di karungin." Dion terkekeh kecil saat Hanna menatapnya galak.
"AWW SAKITT......" Teriakan Hanna menggema saat dengan sangat kejamnya, si gila Dion menekan luka di tangannya sambil terkekeh. Lalu di detik berikutnya Hanna menjambak rambut cowok itu dengan satu tangan, menariknya dengan sekuat tenaga. Rontok rontok tu rambut, Hanna tak peduli.
"Aduhh.. Na lepasin ah, habis ini rambut gue." Dion meringis kesakitan sambil memegangi tangan Hanna di kepalanya.
"Nggak akan gue lepasin."
"Ampun nyett gue mintak maaf." Dion yang sudah tidak kuat dengan rasa sakit di kepalanya menangkupkan tangan ke arah Hanna membuat gadis itu tersenyum puas.
"Sujud dulu sana." Hanna melepas jambakannya lalu menagarahkan tangannya ke arah lantai.
"Ogah. Emang rumah gue mau di bedah."
Setelah pertengkaran layaknya mail dan mei mei itu, Hanna kembali dengan kegalauannya, mengabaikan Dion yang masih mengusap ngusap kepalanya yang terasa kebas. Rambut cowok itu sampai tercecer di lantai. Ganas memang si Hanna kalau lagi marah. Mode maungnya langsung keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.