Happy reading.......
Hujan dengan derasnya mengguyur kota bandung secara tiba - tiba, padahal musim hujan sudah berakhir dari 3 minggu lalu. Aroma tanah bercampur air hujan menusuk hidung Hanna yang sedang membuang sampah di TPA sekolah. Ya, hari ini adalah hari jumat dan Hanna harus siap mengerjakan tugas tugas piket sendirian. Sulit memang kalau harus piket dengan cowok semua, belum apa apa mereka udah kabur duluan. Sedih kadang Hanna tuh, mereka nggak pengertian banget. Hanna kan kecil kalau di suruh banyak gerak nanti tambah menciut.
Lama ditemani keheningan, Hanna menatap horor ke arah sekeliling taman. Ada pohon mangga besar di pojok sekolah dan itu sudah cukup membuat bulu kuduk Hanna merinding bukan main. Belum lagi suara hujan yang menghantam dedaunan menambah kesan menyeramkan di tempat itu. Hanna beberapa kali menahan nafasnya. Gadis itu sekali lagi mengedarkan pandangannya penuh siaga lalu di detik berikutnya ia berlari dengan kekuatan penuh di lorong kelas-kelas yang sudah sepi penghuni. Jantungnya berdetak tak beraturan saking takutnya. Sekolah mana sih yang nggak seram kalau udah nggak ada orang begini? Suasananya yang seram di tambah lagi mitos mitos sekolah yang di ceritakan kakak kelasnya sukses menghantuinya. Katanya ya banyak hantu anak kecil di sana sering lari lari kalau udah sore dan seketika Hanna menyesal ikut mendengarkan cerita dari mereka-mereka yang memang suka membuat orang takut. Kenapa juga harus ada full day school, kan pulangnya jadi menjelang malem begini, mana hari jumat pula.
Hanna menghembuskan nafasnya berulang kali saat sampai di depan kelasnya. Punggung gadis itu menyender pada tembok. Di sana masih sedikit rame lah, masih ada beberapa murid yang sedang duduk menunggu hujan reda sambil tertawa tak jelas
"Gila nih jantung aman nggak nih!?" Hanna memegang dada dengan tangan kanannya sembari menetralkan detaknya yang masih memacu kencang. Ini tawuran apa ya jantung sama liver kok gini amat, batin Hanna
Setelah beberapa menit, Hanna memasuki kelas dengan tergesa - gesa. Ia dengan tak sabar menghapus papan tulis yang berisi coretan tak jelas ulah si tangan nakal Dion. Cowok itu benar benar bikin Hanna dongkol setengah mampus. Ada aja kerjaannya yang bikin Hanna susah.
Selesai membersikan papan, Hanna menyambar tas dan juga map berisikan absensi hari itu. Kakinya yang pendek ia paksakan membuat langkah panjang. Hanna menaiki satu persatu anak tangga sambil berlari kecil tak lupa mulutnya sejak tadi tak berhenti merapalkan doa-doa. Hanna takut sumpah.
Krekk...
Suara pintu yang berdenyit membuat Hanna melompat saking kagetnya. Dengan was-was ia melirik ke arah sumber suara. Dan di detik itu juga Hanna menghembuskan nafasnya lega mendapati Raja yang nampak keluar dari ruang kepala sekolah.
Gadis itu spontan berjalan mendekat."Eh pacar, kamu kok masih disini? Hari ini kan kamu nggk ada jadwal piket sama ekstra." Hanna bertanya dengan alis terpaut dan ekspresi heran di wajahnya. Ia tidak salah data kan? Kata Kennan, Raja piketnya hari Rabu dan ekstra hari Sabtu, tapi kenapa masih disini?
"Nyari Papa," jawab Raja singkat membuat Hanna berohh ria, sambil mengangukkan kepalanya beberapa kali. Ia lupa kalau Rajalah yang punya sekolah ini jadi ya terserah dia mau disini sampai jam berapa.
Hanna lalu mengambil kesempatan dengan mengapit lengan cowok itu kuat, "Aku takut, anterin ke ruang piket ya?"
Cowok itu diam sebentar lalu menganguk singkat. Ia Menarik Hanna untuk mengikuti langkahnya yang lebar. Setelah sampai, Hanna menaruh absen kelas di tempan biasanya, gadis itu kemudian kembali mengampiri Raja yang tengah bersender di meja piket.
"Ayo pulang. Anterin aku ya!?"
"Hmm."
"Yeyy senangnya. Kamu bawa mobilkan? Masih hujan di bawah, deres lagi, kayak cinta aku ke kamu." Hanna terkekeh pelan sambil mengikuti langkah Raja yang tengah berjalan di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.