Happy reading.......
Hiruk pikuk keramaian menemani dua insan yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hanna yang asik mengobrol dengan penjual seblak dan Raja yang berdiri di belakang gadis itu memastikan Hanna tidak tersenggol pembeli yang berlalu lalang. Keringat menetes di dahi Raja. Tempat ini sangat panas walaupun hari sudah malam.
Raja mengusap kepala Hanna lembut, "ayo duduk."
Hanna menggeleng tanpa menoleh, ia lebih suka berdiri sambil mengobrol seperti ini apalagi si penjual adalah langganannya. Kadang Hanna diberikan bonus dalam porsi yang tidak sedikit. Lumayankan dapet gratis.
"Kok satu aja neng? Temennya nggak mau?"
Hanna menolehkan kepalanya, menatap Raja dengan raut bertanya.
Raja hanya menggeleng pelan, ia tak pernah makan-makanan seperti ini dan ia juga tak tertarik untuk mencoba.
"Emang nggak seru dia mang," jawab Hanna sambil terkekeh.
Tak sampai lima belas menit seblak dengan aroma pedas yang mengguar itu sudah berada di depan Hanna. Disana hanya ada meja kecil dan sejumlah tempat duduk jadi mereka harus berdesakan dengan pembeli lain. Hanna yang memang sudah terbiasa tengan hal ini merasa senang dan menikmati suasana seperti ini. Lain halnya dengan Raja yang sejak tadi menatap tajam pria yang duduk di samping Hanna. Cowok itu menahan tinjunya agar tak melayang sembarangan. Pria berisi dengan kaca mata bulat itu terlihat dengan sengaja dekat dekat dengan Hannanya. Bahkan beberapa kali dengan sengaja menyenggolkan lengannya. Hanna tidak memusingkan hal itu tapi Raja yang pusing di buatnya.
"Pindah!" Oke sepertinya batas kesabaran Raja sudah diambang batas. Mati-matian ia menahan nadanya agar tak meninggi.
Hanna menaikan alisnya binggung. Lama tak ada jawaban gadis itu mengakat bahunya lalu melanjutkan acara makannya sambil tersenyum senang.
"Pindah Hanna!" Ulang Raja sekali lagi.
"Kenapa sih?" Tanya Hanna sewot. Cowok ini benar - benar pintar dalam menghancurkan mood.
"Pindah aja apa susahnya?"
"Loh kenapa sewot gitu? Kalau mau pulang - pulang aja Dion bisa jemput gue kok."
Raja mengusap rambutnya frustasi. Bukam begitu maksudnya. Kenapa juga gadis ini tak mengerti sama sekali.
Raja memutuskan beralih ke arah pria di sebelah Hanna. Cowok itu mengintimidasi orang di depannya dengan tatapan tajam dan dinginnya. Tangannya bergerak menepuk pundak orang itu.
"Jangan bertindak tidak sopan!" Ujar Raja dengan penuh penekanan. Mendadak suasana menjadi menegangkan, aura dingin dan menyeramkan dapat dirasakan dengan jelas.
Pria itu nampaknya sadar akan aura dingin yang di keluarkan Raja sehingga memilih untuk memindahkan kursinya dengan cepat. Pria hidung belang seperti itu Raja bahkan bisa merobohkannya dalam sekali pukul.
Hanna menatap aneh Raja yang sekarang duduk diantara pria tadi dan dirinya. Cowok di depannya ini terlalu berlebihan.
"Lo kenapa sih suka banget nyari ribut?" Tanya Hanna dengan suara pelan tapi terdengar kesal bukan main.
"Dia nggak sopan."
"Darimananya yang nggak sopan? Tempat kayak gini kita emang sering kesenggol," sewot Hanna sambil memasukan potongan kikil ke mulutnya.
Raja diam masih dengan wajahnya yang mengeras.
"Udahlah, nyesel gue keluar sama lo."
Raja menatap Hanna dengan pandangan yang sulit diartikan, masih datar dan dingin seperti biasanya. Tanpa suara cowok itu meraih salah satu tangan Hanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Fiksi RemajaAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.