Happy reading.......
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, suara yang di tunggu tunggu seluruh siswa itu berdering memenuhi seluruh penjuru sekolah. Hanna tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya saat Raja dengan tampang dingin dan mengagumkannya berdiri di ambang pintu kelasnya. Hoodie hitam yang membalut tubuhnya menambah tingkat ketampanannya. Ahh bisa gila Hanna jika begini.
Hanna tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Raja,
"Pulang dulu Dion, bye bye," Hanna menepuk bahu Dion yang duduk di sebelahnya."Lo bilang mau nebeng sama gue?" Tanya Dion sambil berdiri dari duduknya. Ia memijat kepalanya yang terasa pening. Gadis ini benar-benar merepotkan, bahkan ia sampai membatalkan janjinya dan lihat sekarang dia malah di tinggalkan.
"Nggak jadi gue tau lo mau kencan." Hanna mengedipkan matanya kearah Dion dan Melli yang nampak menunduk dengan telinga yang memerah. Temannya itu sedang tersipu malu rupanya.
Melihat raut kesal Dion Hanna kembali mendekatkan tubuhnya dan berbisik pelan," Hati-hati bawa anak orang jangan macem-macem."
"Monyettt gila kayak lo aja gue jagain, kalau bukan gue nggak ada yang mau temenan sama cewek cerewet yang kerjaannya ngerepotin gue aja."
Hanna terbahak, ia sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Dion karena memang benar hobinya adalah merepotkan teman lelakinya itu.
"Gumawo Dion ganteng." Hanna segera berlari ke ambang pintu saat disadarinya tatapan tidak suka menghunus dirinya sejak tadi. Raja benar-benar menujukan sikap posesif yang sedikit berlebihan, tapi Hanna suka karena impiannya adalah punya pacar yang romantis dan posesif. Sayangnya pacarnya itu tidak bisa dibilang romantis sama sekali. Sikapnya terlalu kaku.
Raja mengusap pucuk kepala Hanna, merapikan rambut yang sedikit berantakan.
"Jangan pengan-pegang rambut aku Raja kan aku udah bilang." Hanna berujar dengan wajah cemberutnya gadis itu reflek menjauhkan kepalanya dari jangkauan Raja.
Tak ada jawaban yang Hanna terima yang ada hanya senyum kecil di sudut bibir cowok dingin itu.
"Ayo pulang Hanna." Raja meraih tangan kannan Hanna lembut. Satu tangannya yang sudah tidak memakai gips ia masukan kedalam saku celana abunya.
"Ayooo, nyari makan dulu ya baru pulang?" Hanna menatap Raja dengan mata berbinar penuh harap. Gadis itu mendongak sambil menyengir memperlihatkan deretan gigi rapinya.
"Mau makan apa?" Tanya Raja menatap Hanna lembut. Tatapan itu, ahh rasanya Hanna ingin meleleh saja.
"Banyak, pokoknya aku mau makan semuanya."
"Nama makanannya apa?"
"Mau semua pokoknya, street food."
Raja mengusap lembut punggung tangan Hanna. Pandangannya beralih pada langit yang nampak mendung dan dapat dipastikan hujan akan turun sebentar lagi.
"Hujan, kita ke cafe aja ya?"
"Tapi aku pengen seblak, pengen cilok, cireng pengen es teler juga." Hanna menunduk dengan bibirnya yang ia majukan. Pipinya mengembung karena keinginannya tidak di turuti.
"Lo bisa sakit nanti."
"Kamu keberatan ya? Aku banyak mau?"
"Heii, gue sama sekali nggak keberatan."
"Gue suka lo yang cerewet gue juga suka lo yang banyak mau, tapi ini mau hujan Hanna. Gue nggak mau lo sakit," ujar Raja lagi memberi Hanna pengertian.
Hanna yang terharu mendongak menatap Raja yang kini tengah menatapnya juga,
"Huaa moodku lagi jelek, kayaknya tamu bulananku mau dateng deh.""Tamu bulanan?" Tanya Raja penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.