Happy reading......Remaja cantik dan mungil berjalan di koridor sekolah sambil bersenandung kecil, tangannya memegang erat kotak makan berisikan nasi goreng dan juga antek anteknya. Senyum sedari tadi tak lepas dari sudut bibirnya, sesekali pipinya memerah entah karena apa, atau mungkin saja dia sedang berpikiran jorok di cium Raja, hah biarlah hanya dia dan Tuhan lah yang tau.
Hanna sudah sampai di tempat tujuan, tetapi yang ia cari tidak ada di sana. Ia menghembuskan nafasnya kecewa, tumben sekali cowok itu, biasanya juga molor disini bersama si bobrok Kennan dkk.
Dengan demikian Hanna memutuskan pergi ke kelasnya Raja saja, siapa tahu mereka kesurupan si Ucup dan berubah menjadi siswa rajin nan teladan. Hmmm tapi kemungkinannya kecil sih, sekitar 0,01 persen. Alias tidak mungkin permirsah ah ah ah.
"Hai selamat pagi," sapa Hanna berdiri di depan pintu ruang kelas Raja, gadis mungil itu melambaikan tangannya sambil tersenyum manis. Perlahan ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, lalu di detik berikutnya wajahnya berubah cemberut. Orang yang ia cari tampaknya tidak ada di sana, yang ada hanya siswi perempuan saja di kelas ini. Hanna mengetuk dahinya bingung, kira kira kemana perginya mereka semua?
"Hai Hanna montock, nyari Raja ya?" tanya Sarah menghampiri. Tangannya memegang satu cup kopi bermerek Starbucks dengan kacamata di atas kepalanya.
"Hehe iya, dia belum dateng ya?" Hanna bertanya sambil meneguk ludahnya kasar, dia kan jadi haus juga.
"Dia tawuran paling, soalnya tadi ada yang kesini terus bilang kalau Kennan di keroyok sama anak sekolah sebelah, jadi anak anak cowok pada nyusulin deh," jawab Sarah dengan santainya, tidak ada raut panik atau khawatir di wajahnya, lain dengan Hanna yang sudah panik setengah haus, ehh.
"Lo serius? Lo tau nggak dimana? Udah lama nggak mereka pergi? Kok lo santai banget sih?"
"Yaelah, mereka mah udah biasa berantem, tenang aja."
"Ahh lo mah, gue kan khawatir." Hanna menghentak hentakan kakinya cemas, tanganya meremas kuat kotak makan yang ia bawa.
"Kalo gitu gue pergi dulu ya, daahh." Gadis itu beranjak pergi ingin menyusul Raja, tetapi baru tiga langkah ia kembali berbalik ke arah Sarah.
"Sarahh haus, bagi minum," ujar Hanna tak tahan dan tentu saja tak tahu malu. Sarah hanya bisa tetawa kecil sambil mengulurkan kopi yang ia bawa pada Hanna. Konyol sekali memang gadis itu.
"Nih,,kasian air liur lo udah netes dari tadi," ujar Sarah membuat Hanna cemberut, ia lalu segera menyedot kopi itu dengan rakus. Kemudian mengangkat cup itu di hadapan Sarah
"Habis Sar," ujarnya dengan nada sok menyesal, padahal mah sengaja di habisin.
"Iya iya, udah sana katanya mau pergi," usir Sarah sambil mengibas ngibaskan tangannya.
Hanna menepuk dahinya lalu berlari kecil sambil berteriak, "Makasih Sarah cantek."
Hanna berlari tergesa-gesa menuju kelasnya, berkali kali dia tidak sengaja menabrak murid yang juga sedang menghabiskan waktu istirahatnya di koridor.
"Jen minggir dikit." Hanna menerobos Jenny yang tengah sibuk dengan laptop kesayangannya, ia lalu mencari benda canggih berbentuk persegi miliknya.
"Jen buat lo." Hanna melempar kotak makan ke arah sahabatnya itu dan dengan sigap di tangkap oleh Jenny, gadis putih itu mengerjit heran, tumben sekali anak ini baik memberinya makan.
"Tumben baik lo," heran Jenny menatap sahabatnya penuh curiga, tetapi gadis itu tetap melahap nasi goreng pemberian Hanna.
Hanna sama sekali tidak menghiraukan perkataan Jenny, ia sedang tak ingin ribut sekarang. Dengan gelisah gadis itu terus mengetukkan jarinya pada meja di depannya yang tak bersalah. Ia tengah menunggu seseorang menjawab telfonnya dengan gelisah. Tetapi sampai panggilan ke 31 dia tak kunjung mendapat jawaban. Hanna menghembuskan nafasnya kasar, ia dongkol setengah mati, kalau bukan karena Raja mana mau Hanna buang buang pulsa dan tenaga gini. Untungnya saja cowok itu sudah membuka blokirannya pada nomor Hanna, entah ada angin apa yang jelas ia sangat senang dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Fiksi RemajaAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.