Kata membuatku mengenal arti kata penyesalan dan rasa membuatku mengerti apa arti penyesalan yang sesungguhnya, tetapi pada akhirnya aku masih pada dilema. Dilema antara menyesal mengenalnya atau menyesal karena gagal membuatnya tetap tinggal.
Happy reading.......
Tidak terasa sebulan telah berlalu semenjak Hanna memutuskan tak berhubungan lagi dengan Raja maupun Jenny. Tetapi entah siapa yang menyebar informasi tentang Jenny yang merebut Raja dari Hanna hingga menyebar ke seluruh sekolah. Hal itu tentu saja membuat Jenny stress dan tertekan saat cibiran dan hinaan terdengar sangat jelas untuknya. Jika kalian itu Hanna yang menyebar tentu saja bukan karena perlu di tegaskan lagi gadis itu sudah tak mau berurusan dengan mereka.
"Udah jangan di dengerin," ujar Raja mengusap pucuk kepala Jenny yang melempar tatapan galak ke arah siswa - siswi yang membicarakannya.
"Pasti Hanna nih yang nyebar gosip ke anak - anak," geram Jenny seolah mengadu pada Raja.
"Diemin aja, mereka nggak tau apa-apa."
"Gimana aku bisa diem Ja, mereka ngomongin aku," rengek Jenny memeluk lengan Raja manja, " pokoknya kamu harus ngomong sama Hanna, suruh dia klarifikasi kalau berita itu nggak bener."
"Iya iya nanti aku ngomong."
"Tapi jangan lama-lama nanti dia kepedean lagi ngiranya kamu mau balik sama dia."
"Nggak Jeje."
"Sayang Jaja."
"Aku juga," jawab Raja mengusap bahu Jenny lembut tetapi tatapannya tertuju pada Hanna yang tengah berjalan di kejauhan dengan Dion yang terlihat mengusili gadis itu. Ada rasa tak suka setiap kali melihat Hanna yang selalu menghindar darinya selalu bersama cowok itu. Ia hanya tak habis pikir betapa murahannya gadis itu, bukankah belum lama ini ia selalu merengek dan berkata kalau ia mencintai Raja? Aiss, kenapa juga Raja memikirkan hal tidak penting seperti itu.
"Kamu liatin apa?" Tanya Jenny sedikit marah saat menyadari hal fokus Raja tidak untuknya lagi.
"Enggak ada, ayo makan," jawab Raja membuat Jenny mengangguk patuh lalu memakan bubur ayam di depannya.
***
Jam pulang sudah tiba Hanna kini tengah mengemas tasnya agar bisa segera pulang. Tak lupa ia mengenakan kaca matanya karena penglihatannya semakin buruk. Gadis itu kemudian keluar dari kelas dan berjalan sepanjang koridor. Langit sedang menangis rupanya, tetapi Hanna sudah tidak lagi. Semejak hari itu Hanna memilih menyibukkan diri dengan kegiatan sekolah. Menghindar dan bersembunyi dari pada harus terjebak pada rasa yang semakin hari semakin melumat senyum tulusnya. Hanna merasa lebih bahagia sekarang, jauh di banding satu bulan yang lalu dan ya hanya dengan menjadi bahagia lah pembalasan yang ingin ia lakukan. Tetapi entah kenapa semakin lama terjebak hujan membuat dadanya bergemuruh seiring dengan suaranya yang bertabrakan dengan tanah. Kepalanya memutar kembali kejadian - kejadian lalu yang ingin ia lenyapkan dari sana. Hanna menyesal tidak mebawa payung tadi pagi. Huhh, bukan itu yang sebenarnya Hanna sesali, ia hanya kesal kenapa lagi dan lagi ia harus terjebak pada suasana tak mengenakan seperti ini. Hujan dan Raja adalah hal yang paling Hanna hindari dan dua hal itu sekarang menemani Hanna dalam kebisuan.
Gadis itu memejamkan matanya saat merasakan seseorang duduk di sampingnya. Aura dinginnya masih sangat membekas walau sekeras apapun Hanna mencoba dan tatapan tajamnya pun masih Hanna rasakan menghunus kepalanya. Gadis itu melirik sekilas ke arah Raja yang tengah melepas hodie hitamnya lalu perlahan berdiri dari duduknya enggan berdekatan lebih lama dengan seseorang yang sebulan lalu menyakitinya dengan sangat kejam. Air mata mungkin tak keluar dari matanya tetapi hatinya masih saja di selimuti rasa sakit yang sama, Hanna bukanya membenci tapi lebih kepada kecewa karena pada nyatanya sebulan mencoba membenci cowok itu ia tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.