My Cold Boy (19)

15.6K 706 78
                                    


Happy reading.......

Raja tengah berada di ruang kepala sekolah sabtu pagi ini. Cowok dingin itu menatap Papanya tanpa minat, mengabaikan Daniel yang terus saja mengoceh dengan nasihat nasihatnya. 

"Kamu kemana sih ? Kata Bibi nggak pernah diem di rumah." Daniel menatap Raja dengan pandangan kesal. Lelaki paruh baya itu tahu jika wajah galaknya tak akan mempan dengan anak datarnya itu.

"Ngapain Raja di rumah sedangkan yang punya rumah saja nggak ada disana," jawab cowok itu penuh sarkasme.

"Papa kan kerja buat kamu Raja, ngerti sedikit dong, gimana sih kamu."

Raja diam, ia enggan menangapi perkataan Daniel yang tak pernah berubah setiap kali mereka membahas masalah ini. Jika saja Raja boleh memilih, dia tidak ingin kesepian seperti dirinya yang sekarang. Sejak kakek dan nenek meninggal, papa dan mamanya hanya sibuk dengan pekerjaan tanpa peduli dengan Raja sebagai anaknya. Jika Raja ingat ingat lagi sang mama sudah tidak pulang dari lima bulan yang lalu dan hanya ada dua kali pesan dari wanita paruh baya itu yang masuk di ponsel pintarnya. Daniel pun lebih sering menginap di kantor dan sibuk mengurus perusahaannya di luar kota dan juga luar negeri. Huuh, miris memang.

Daniel memijit pelipisnya pelan,
"Yaudah deh, sekarang mau kamu gimana?"

"Apa kalau Raja bilang mau Raja bakal Papa turutin?"

"Papa usahain, asal kamu jangan nakal nakal. Takut Papa, pulang pulang kamu bawa mantu sama cucu." Daniel berujar sambil bergidik ngeri, sungguh Daniel yang masih belasan tahun ini belum siap menimang cucu.

"Jangan terlalu terbebani dengan pekerjaan, papa bisa pulang sesekali." Raja berujar dengan cuek dan dingin. Ia sangat tahu Papanya itu tak akan bisa memenuhi permintaannya karena yang Raja tahu Papa sangat gila tentang pekerjaan. Ia sungguh sudah terbiasa di tinggalkan sendiri di rumah besar dan mewah hanya dengan supir dan Bi Asih saja.

Raja menghembuskan nafas pelan lalu perlahan bangkit dari duduknya.

"Kalau Papa nggk bisa menuhin. Jangan menjanjikan apapun." Raja melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang cukup nyaman itu. Tetapi tangannya di tahan dengan sedikit kencang oleh Daniel.

"Okey, okey Papa bakal sering-sering pulang, Ada lagi?"

"Mama?"

"Kamu kan tau mama kamu gimana, Papa mah bisa apa sayang."

Raja menghembuskan nafasnya kasar, bahkan sang Papa pun tak bisa membujuk Mamanya yang keras kepala itu. Mama terus saja pergi tanpa ingat rumah, ia berdalih ingin mengejar impiannya di waktu muda untuk menjadi seorang pengusaha parfum terkenal tetapi ia lupa dia memiliki seorang anak di rumah yang seharusnya menjadi prioritas wanita itu. Raja sama sekali tak masalah dengan keinginan mamanya itu tetapi setidaknya ia mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan. Sudahlah, sekarang Raja tak butuh lagi karena hatinya terlanjur membeku. Belum ada kehangatan yang bisa melelehkannya.

"Raja ke kelas, ydah bel."

"Tunggu dulu Papa belum selesai."

"Hmm"

"Kata Roy temen Papa yang waktu itu ketemu di kantor kamu pacaran ya sama anaknya? Siapa namanya ? Ganna apa Kanna? Papa lupa."

"Hanna Pa."

"Ahh iya Hanna, Om Roy minta tolong kamu jagain katanya. Hanna gampang sakit jadi harus di lebih perhatikan."

"Hmm."

"Tumben loh Papa denger kamu pacaran lagi setelah 2 tahun lalu"

"Papa kenapa kepo?"

"Di tanya juga, Papa kutuk jadi jelek kamu ya."

My Cold Boy (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang