Happy reading......"Dress aja kali ya? Eh tapi rok juga bagus." Hanna mengeluarkan semua isi lemarinya. Ia Mencoba satu persatu baju yang sekiranya pantas. Pokoknya malam ini Hanna harus terlihat perfect bagaimana pun caranya.
Hanna melirik ke arah jam dinding yang tergantung di dekat pintu. Sudah jam setengah 8 malam dan gadis itu belum siap sama sekali. Hanna kelabakan dan akhirnya panik bukan main. Gadis itu mengacak rambutnya sambil menghembuskan nafas kasar. Ia melempar semua koleksi dressnya ke arah kasur lalu pandangannya tertuju pada rok jins berwarna biru muda yang tergeletak secara mengenaskan di lantai.
Hanna meraih rok di dekatnya lalu memakainya,"Ini aja kali ya? Tapi atasannya gimana?" Gadis itu bingung dan hanya bisangetuk-ngetuk kepala dengan jarinya sambil berpikir.
Hanna lalu kembali melihat ke arah lemarinya mencari baju yang cocok untuk roknya itu. Dan pilihan Hanna jatuh pada baju polos berwarna putih yang sedikit kebesaran di tubuh mungilnya.
"Perfecto," gumam Hanna saat melihat penampilannya di depan cermin. Gadis itu akhirnya dapat bernafas lega setelah 1 jam yang melelahkan,tetapi itu belum sepenuhnya berakhir, wajah dan rambutnya belum Hanna permak sama sekali.
Tok... Tok.... Tok...
Suara ketukan pintu dari bawah membuat Hanna langsung terlonjak. Gadis itu dengan kecepatan super memoles wajahnya hanya dengan pelembab, bedak dan sedikit lip tin di bibirnya. Rambut lurusnya ia biarkan tergerai dengan indah.
Hanna menyambar sepatu kets berwarna putih di dekat pintu lalu bergegas menuruni satu persatu anak tangga sambil berlari kecil. Aduhh kenapa Hanna jadi deg degan begini ya.
"Bi siapa yang dateng?" tanya Hanna pada Bi Sumi yang sedang membuat minuman.
"Cowok non, kasep pisan." Bi Sumi mengedipkan sebelah matanya ke arah Hanna membuat gadis itu tersipu malu.
"Aduhh bibi Hanna pergi ya, bilangin sama Papa kalau Hanna keluar sebentar."
"Siap non, Dahh. Semoga sukses ya." Bi Sum melambaikan tangannya pada Hanna lalu kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Ia heran dengan anak muda jaman sekarang masih kecil udah pacar pacaran lain dengan jamannya dulu yang kalau sudah matang ya langsung nikah.
Hanna mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumahnya. Kemana perginya si es dawet? Mobilnya juga nggak ada, apa dia pulang lagi ya? Hanna mengembukan pipi, bibirnya melengkung ke bawah siap untuk menangis.
"Jahat." Gadis itu menghentak hentakan kakinya kesal, ia berbalik memasuki rumah tetapi belum sampai 3 langkah tepukan di bahunya mengagetkan Hanna.
"Hai monyet, tara aku bawa apa ayo?" Hanna menatap cowok yang tengah menenteng katong kresek yang Hanna yakini berisi seblak dan sempol. Gadis itu mendengus kesal saat tahu siapa pelakunya. Cowok ini benar benar pengen Hanna tampol rasanya.
"Ngapain kesini sih Yon?" Tanya Hanna dengan nada ketus. Moodnya benar-benar sudah rusak kali ini.
"Bawain kamu ini dong, tanda terima kasih udah ngasih gue jawaban." Dion mengangkat katong di tangannya hingga sejajar dengan wajah Hanna dan hal itu sontak membuatnya menelan ludah kasar saat aroma cabe dari seblak menusuk di hidungnya.
Hanna mendengus pelan lalu merampas makanan yang Dion bawa,"Udah pulang sana."
"Ihh Jahat banget sih baru juga sampek ini." Dion mengacak rambut gadis di depannya dengan gemas.
"Dion.... Malesin ah," rengek Hanna bersidekap dada sambil mengalihkan padangannya dari Dion yang tengah terkekeh puas.
"Lagian mau kemana lo cantik begini? Mana muka lo cemberut gitu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Fiksi RemajaAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.