Happy reading.......Hari kedua Jeda semester di sekolah Harapan, Hanna duduk di pinggir lapangan dengan baju futsal yang terlihat sedikit kebesaran di tubuh mungilnya. Sebentar lagi setelah pertandingan semi final putra selesai kelasnya akan tanding melawan kelas 12 IPA satu tetapi gadis itu sudah menghabiskan tenaganya untuk berteriak menyemangati Raja dkk. Sejak 15 menit pertandingan di mulai belum ada satu goal pun yang tercipta. Padahal kelas yang menjadi lawannya hanya dari kelas 10. Nampak sekali ke egoisan di antara timnya terutama pada Raja dan Kennan. Mereka bertingkah layaknya anak kecil, sama sama enggan membagi bola satu sama lain membuat beberapa peluang yang harusnya dapat menjadi goal terbuang sia sia.
"AYOO SEMANGAT....." Teriak Hanna saat tim kelas Raja sudah nampak frustasi, dan benar saja di detik berikutnya satu goal dari lawan bersarang di gawang yang dijaga Daren membuat desahan pasrah terdengar dari sebagian murid yang merupakan pendukung setia kelas Raja.
Pada awalnya kondisi nampak tenang sebelum adegan saling pukul terjadi antara Kennan dan Raja. Semua siswa yang berada di pinggir lapangan sontak saja memekik takut sekaligus keheranan. Mereka nampak terkejut melihat perkelahian di antara dua sahabat karib itu.
"BANGSAT.." Teriak Kennan sambil melayangkan tinjuannya ke arah Raja tetapi segera di tahan oleh Aldi sedangkan Raja yang memang sudah sama emosinya dengan Kennan di pegang oleh Daren dan beberapa siswa yang ikut menengahi. Pak Mandar dan Pak Suken yang tadi menjadi wasitpun turun tangan. Tetapi menengahi perkelahian antara dua orang yang emosinya sedang naik tidaklah semudah mengusap kepala botak milik pak Mandar.
"URUSAN PRIBADI JANGAN LO BAWA KELAPANGAN SAT..." Sekarang giliran Raja yang berteriak sambil berusaha menerjang Kennan. Cowok itu merota ronta, berusaha melepaskan diri dari Daren yang memegangi perutnya dengan kencang.
Hanna yang sempat terdiam saking terkejutnya, ikut berlari ketengah lapangan. Menerobos kerumunan yang tengah asik menonton adu jotos antara Kennan dan Raja."
"KALIAN APA APAAN SIH," teriaknya sesaat setelah melihat Raja yang tengah memukul sudut bibir Kennan hingga mengeluarkan darah dan hal yang samapun terjadi pada Raja.
"Hanna pergi! Bahaya mereka lagi emosi," pinta Aldi sambil terus berusaha menahan Kennan. Tetapi hal itu sama sekali tak di hiraukan oleh gadis keras kepala itu.
"Ohh astaga Kennan, Raja STOP." Hanna berdiri di tengah tengah keduanya saat mereka masih saja saling beradu pukulan.
"Minggir Hanna!" Suara tinggi penuh emosi di layangkan oleh Kennan, dia seperti bukan cowok ceria bin ajaib yang ia kenal.
"Gak."
"Pak Mandar bisa tolong suruh siswa yang lain bubar? Kalau saya yang nyuruh nanti nggak ada yang nurut." Hanna menakupkan kedua tangannya di depan dada, memohon ke arah Pak Mandar yang tengah mengelus ngelus kepalanya yang pening.
Pak Mandar menganguk dan kerumunan pun bubar atas perintah darinya. Sekarang tinggal ada sekitar 7 orang yang masih berdiam diri di tengah lapangan. Termasuk Hanna dan Jenny.
"Kalian kenapa sih? Jangan berantem ginilah!" Hanna berujar saat situasi sudah sedikit lebih tenang. Gadis itu menatap Raja dan Kennan bergantian berusaha mendamaikan dua cowok yang tengah mengalihkan pandangan satu sama lain.
"Dia yang duluan mukul gue," kesal Kennan melakukan pembelaan. Tangan cowok itu bersidekap dada menujukan bahwa dia tak akan mengalah.
"Lo yang nyari gara gara." Kali ini Raja yang mengeluarkan suara intimidasinya, cowok itu menatap Kennan dengan tajam.
"Ckk udah udah nggak usah saling nyalahin. Kalian berdua sama aja." Pak Suken yang sejak tadi diam berusaha menengahi. Gurunya ini memang terkenal tidak suka marah marah, beda banget sama yang kepalanya mengkilat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Teen FictionAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.