Happy reading......
Setelah kejadian di rumah sakit waktu itu Hanna sama sekali tak menjenguk Raja, bahkan ini sudah satu minggu lebih dan kemungkinan sore ini ia akan pulang karena sungguh Raja sangat bosan berada di ruangan yang didominasi warna putih ini. Terlebih lagi rindunya kepada gadis mungil berpipi tembam itu sudah benar-benar memuncak.
Raja menggelengkan kepalanya pelan, heran dengan segala pemikiran di otaknya. Perasaan ini sama dengan perasaan saat ia mengencani Jenny dulu. Hanya saja sekarang porsinya berbeda. Mungkin karena dulu hubungan yang ia jalani hanya cinta seorang anak yang baru memasuki usia remaja. Tetapi sekarang Raja yakin dia benar - benar mencintai Hanna Sabrina Aditama dengan segenap hatinya. Aahh rasanya tak sabar untuk kembali bersekolah dan bertemu dengan gadis itu. Tuhhkan kenapa Raja yang dingin menjadi lebay seperti ini?
Raja beranjak dari ranjangnya, ia meraih dompet hitam miliknya di atas meja kecil. Ponselnya hilang entah kemana, mungkin saja terpental saat ia terjatuh atau diambil orang. Tapi Raja tak terlalu ambil pusing masalah itu, ia bisa membeli yang baru nanti sore.
Cowok itu berjalan meninggalkan ruangan dengan tampang datar dan angkuhnya. Netranya hanya fokus menatap jalan menuju ke arah super market rumah sakit. Tak ada yang tahu bahwa selama seminggu di rumah sakit Raja tak pernah absen ke tempat itu hanya untuk membeli sekotak susu vanilla. Cowok itu bersadar pada tembok dekat pintu keluar sambil meminum susu yang ia beli dengan tampang coolnya. Tak jarang perawat dan gadis gadis yang berlalu lalang menatapnya dengan padangan memuja. Tetapi Raja tak memusingkan hal itu, yang ada dipikirannya sekarang hanya Hanna. Raja tersenyum tipis, mengingat dulu ia sering menolak pemeberian Hanna yang satu ini karena ia lebih suka rasa pahit dari kopi pekat dari pada susu putih dengan rasa lembut ini dan sekarang dia sendiri malah meminumnya setiap hari bahkan tanpa ada yang meminta. Dunia berputar dengan sangat kejam rupanya.
"Sejak kapan lo minum susu? Bhaakkk," ejek Angga tiba-tiba saja datang sambil menepuk punggungnya. Tak lupa dengan tawa kencangnya.
Raja diam masih dengan sedotan di mulut tebalnya. Lelah rasanya menghadapi Angga yang cerewet tetapi sok cool ini. Orang-orang di rumah sakit ini sudah tertipu dengan tampang ramah sok cueknya.
"Abangnya nanya jawab kek! Gue tambahin masa rawat inap lo baru nangis sujud-sujud."
"Kapan gue pernah nangis!?" Sewot Raja mengangkat bahunya acuh. Ia sama sekali tidak takut dengan ancaman kakak sepupunya itu. Ia bisa saja keluar dari sini seminggu yang lalu sambil menedang tulang keringnya jika Hanna tidak menghentikannya dan menyuruhnya untuk tetap tinggal. Ia menjadi sangat lemah jika ini menyangkut masalah gadis itu.
"Ckk dasarr, nggak pernah berubah emang. Pantes Hanna nggak mau sama lo, lo itu dingin kayak setan."
Raja seketika mengarahkan tatapan tajam dan menusuknya ke arah Angga walau ia tahu hal seperti ini tak akan mempan pada dokter muda di sampingnya itu. Tapi jika dipikir-pikir omongan Angga ada benarnya juga. Apa Hanna tak menyukai sikapnya yang sekarang? Haruskah ia berubah menjadi sedikit lebih hangat?
"Gimana caranya senyum lebar?" Tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari mulut Raja membuat Angga membuka mulutnya spontan. Dokter muda itu kaget dengan pertanyaan dari adiknya itu. Sungguh pertanyaan di luar nalar. Angga kemudian menggeleng heran. Manusia seperti apa yang tak tahu caranya tersenyum lebar? Hanya perlu mengangkat sudut bibir sebisa mungkin dan itu sudah jadi senyuman yang menawan. Dimananya yang terdengar rumit? Huuhh Angga benar-benar tak habis pikir. Ingin sekali ia membenturkan kepala Raja pada tembok di sampingnya.
"Gimana?" Tanya Raja lagi saat tak kunjung mendapat jawaban. Ia menatap kesal pada Angga yang menatapnya sengit. Dan tiba-tiba saja sudut bibirnya diangkat menggunakan ibu jari dan telunjuk besar milik Angga. Jelas saja Raja jengkel dan langsung menepis pelan tangan itu. Apa-apaan pria itu menyentuhnya tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy (Tamat)
Novela JuvenilAku menyukaimu sama seperti aku menyukai hujan, tetapi mari kita lihat apa kamu bisa sedikit saja berbeda dari hujan yang ku sukai.