11. Satu kebohongan

5.1K 418 3
                                    

Alea melangkahkan kaki menuruni anak tangga dengan perlahan, berjalan ke arah ruang makan menghampiri Anna yang tengah menata makanan bersama Cece. Melempar senyum pada Ghea dan Arta yang sudah duduk di sana.

"Pagi Bun, Papah, Gege."

Anna menoleh mencium pipi Alea sekilas."Pagi bungsu,"

Arta melirik Alea, melanjutkan membaca koran pagi nya. Begitu pun Ghea yang nampak Acuh tak acuh.

"Kamu tumben hari minggu gini pagi-pagi udah rapih, biasanya juga masih ngiler di kasur."Anna bertanya, duduk di samping Alea.

"Iya nih, mau pergi."

"Sama temen-temen kamu?"

Alea mengangguk pelan,"Bunda hari ini gak ke RS kan?"

"Engga, kenapa?"

"Aku kan mau pergi biar tenang aja kalo rumah ada yang jaga. Takut-takut di gotong semut!"Alea berujar di selingi tawa.

"Garing!"Ghea mencela, melirik Alea dengan malas.

"Ghea, gak boleh gitu ah sama adik nya,"Tegur Anna membuat Alea malah terkekeh pelan.

Rasain di marahin.

Diam-diam Arta memperhatikan Alea, membuat kerindu pada Athena seketika menghampirinya.

Rambut sepunggung, mata bulat sedikit sayu, alis mata tak terlalu tebal namun sesuai dengan wajah nya yang oval. Hidung mungil yang cukup mancung, belum lagi bibir tipis berwarna peach alami membuat nya terlihat sempurna.

Berbeda dengan Ghea yang lebih ke Asia dengan kulit putih pucat, kulit Alea cenderung seperti wanita Indonesai yakni kuning langsat.

Genetika Athena sepertinya menurun seluruh nya pada Alea, hal itu membuat Arta menjadi tak suka berlama-lama berdekatan dengan Alea, karna membuat nya seolah-olah sedang bersama Athena.

"Mas?"

Arta tersentak, menoleh pada Anna yang menatap nya bingung. Mata nya melirik pada Alea dan Ghea yang menunjukan mimik kekhawatiran.

"Kamu bengong? Dari tadi di panggil sama Alea tuh--"Anna berucap membuat Arta sontak menatap Alea.

"Lea pergi dulu ya pah? Marun udah di depan,"

Arta mengangguk,"Kamu gak sarapan?"

Alea mengangkat alis bingung,"Hah?"

Karna untuk pertamakalinya Arta berbicara padanya selain hal yang begitu penting.

"Gak jadi!"

Alea terkekeh pelan seolah mengerti, menyalami Arta juga Anna. Beralih pada Ghea yang menatap nya.

"Lea pergi ya Ge? jangan kangen,"

"IDIH!"

Alea tertawa mendengar respon Ghea.

Padahal selama ini bila Alea berbicara pada Ghea, gadis itu hanya diam saja. Seolah tak ada yang bicara, seolah Alea tak kasat mata.

Tapi entah mengapa ahir-ahir ini, ia lebi sering berkomunikasi dengan Arta dan Ghea. Tak apa walau hanya di balas seadanya. Alea tetap menyukai itu.

~•~

Alea dan Marun berjalalan menyusuri kolidor yang mulai ramai, begitu banyak yang berlalu lalang mengingat rumah sakit tempat yang ia kunjungi ini tak pernah sepi.

"Gue takut deh,"Alea bergumam pelan, membuat Marun sontak menoleh kearah nya.

"Ada gue Le, tenang aja."Gadis itu memberikan senyum menenangkan. Mengusap bahu Alea dengan lembut.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang