86. End

7.6K 412 21
                                    

Gara keluar dari dalam taksi yang ia tumpangi dengan tak sabran, mata nya terpejam saat rumah yang ia datangi terasa amat ramai oleh prta pelayat.

Berbagai karangan bunga dari berbagai nama juga terpajang rapi di depan rumah Alea.

Kaki nya melangkah dengan lesu, tertawa hambar saat apa yang di katakan sang mamah benar adanya.

Alea ada di sana, berbaring di tengah-tengah mereka dengan beberapa helai kain yang menutupi wajah serta tubuh gadis itu

"Gar?" Gheo membeo pelan, mengalihkan atensi para teman-teman Alea yang tengah mengaji.

Gara duduk di samping Alea yang sudah tak bernyawa, mengelus wajah putih pucat sang kekasih dengan lembut. "Le? Kamu bilang kamu mau anter aku? Kamu bilang–" lelaki itu mengusap air mata nya yang terus menetes.

"Alea kenapa begini?" Gara merancau pelan. "Kenapa kamu tega buat ninggalin Aku."

"Alea!"

"Ayo bangun, buktiin kalo pacar aku gak lemah!"

"Alea!"

"Gar!" Ghea menarik Gara yang mengguncang tubuh Alea, menjauhkan sang adik dari jangkauan lelaki itu.

"Saat Alea masih hidup, banyak rasa sakit yang dia alami karna perbutan lo. Baik yang di sengaja atau punengga." Ghea berucap Datar.

"Dan setelah adik gue gak ada, tolong jangan buat dia luka karna lo begini."

Tak menghiraukan ucapan Ghea, Gara tetep mencoba membangunkan Alea.

"Alea, Ayo bangun."

"Alea."

Berkali-kali Gara memanggil nama Alea, gadis itu tetap diam tak menyahut. Seperti tengah marah pada mereka.

"Gue–gak minta lo buat kembali lagi." Mereka menoleh saat Marun ikut duduk di samping Alea.

"Gue kan Big sister lo. Gue ngerti, lo pasti udah kangen banget sama Tante Athena, sampe-sampe gak sabar buat ketemu dia." Tangan lembut Marun mengusap pipi Alea yang menirus. Dengan hati-hati.

"Dan soal permintaan terahir lo. Sekarang lagi gue kerjain kok. Lo gak perlu khawatir."

Ah sedih

Alea baik banget padahal.

Tuhan sayang banget sama dia.

Semoga bahagia, di dunia selanjut nya.

~•~

Bagi mereka, Alea adalah sosok yang ceria. Menjadi penyelamat untuk hidup yang penuh dengan masalah.

Di pertemukan karna pendidikan, namun terpisah oleh kematian. Tak pernah menyangka bahwa gadis baik itu harus pergi di usia yang begitu belia.

Saat SMP dulu, mereka ingat. Alea yang begitu manis selalu menempel dengan Marun. Duduk berdua dengan Jingga, mengerti arah pemikiran aneh Nevy. Dan menerima Tosca apa adanya. Meski terkadang beda pendapat. Namun gadis itu teramat sabar.

"Member kita kurang satu." Nevy mencicit pelan, duduk di atas sofa yang letaknya di salah satu sudut kamar Alea.

Usai pemakaman selesai, ke empat nya memang di perbolehkan untuk masuk kedalam kamar Alea. Hanya sekedar duduk dan meratapi kenangan-kenagan yang tersisa di dalam sana.

"Alea gak bakal pergi, dia bakal tetep di sini." Marun berucap pelan. Membuat Jingga mau tak mau mengusap pundak sang teman berupaya menguatkan.

"Iya– gak boleh ada yang aggap Alea mati. Alea tetap hidup."

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang