73. Peran Kakak

3.5K 302 23
                                    

Gadis itu turun dari mobil, bersama sang papah yang jelas begitu menjaga nya.

"Kenal kang komar gak?" Tanya nya pada beberapa orang yang ada di dekat setasiun pasar senin.

"Kang komar mana? Yang mantan preman?" Tanya seorang lelaki bertubuh tambun dengan mimik penuh tanya.

"Iya, mungkin–"

"Oh kenal-kenal, sekarang udah gak di sini. Tapi di pasar, jadi kuli angkut barang. Tobat dia anak nya sakit keras!" Lelaki itu berujar dengan pelan.

"Boleh antar kami kesana? Kasih tau orang nya yang mana?" Josua bertanya, membuat lelaki berisi itu tersenyum bangga.

"Boleh aja pak, asal ada cuan nya!"

Josua mergoh kantong celana levis nya, mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah. "Segini cukup?"

"Sangat cukup!" Lelaki itu tertawa girang. "Ayo ikut saya! Saya kasih tau orang nya yang mana!"

Ayah dan anak itu mulai mengikuti kemana arah lelaki itu pergi. Masuk, berdesak-desakan di area pasar yang cukup ramai. Hingga rasanya Josua begitu khawatir akan keadaan anak nya yang jelas belum begitu pulih.

"Yang itu!"

Mereka berdua menoleh pada seorang lelaki yang mungkin usia nya sudah berkepala empat. Lelaki yang tengah duduk, menunggu orang untuk ia bantu.

"Jangan macem-macem tapi, semua orang di sini juga tau dia siapa."

Gadis itu memgangguk kecil, tangan nya menarik lengan sang papa agar segera mendatangi orang yang sepertinya memang bernama komar.

"Pak?" Josua memanggil dengan nada sesopan mungkin, dalam hati berucap ratusan umpatan bila mengingat bahwa ia lah yang membunuh anak tak berdosa seperti mawar.

"Kenapa?" Komar bertanya dengan mimik bingung. Menatap Kedua orang yang ada di hadapan nya dengan sinis.

"Mau minta angkut barang?"

Josua menggeleng kecil. "Engga--"

"Kalo engga, pergi sana. Sumpek!"

"Saya mau ngobrol sebentar, kalo bapak ngerasa rugi buat sekedar ngobrol sama saya. Saya bakal kasih uang per-jam seratus ribu. Giaman?"

Komar nampak berfikir sejenak. Sebelum mengangguk kecil. "Mau ngobrol di mana?"

"Di restoran deket sini. Sekalian sarapan, bapak udah sarapan?"

Yang di tanya menggeleng kecil.
"Gak ada duit."

Josua mengangguk-anggukan kepala.
"Saya bakal kasih bapak banyak uang, kalo bapak mau jujur. Bahkan hingga kepengadilan."

~•~

Uhuk! Uhuk!

Ratu menoleh saat Alea nampak tak tenang dalam tidur nya. Gadis itu memberikan macbook yang ia pangku pada Ghea yang tengah bertanya mengenai materi yang akan di kerjakan dalam ujian sekolah besok.

"Kamu pelajarin dulu yang itu, kalo gak ngerti nanti baru tanya. Aku mau nemenin Alea dulu."

Gadis itu bangun dari sofa, berjalan kearah Alea yang masih terpejam dengan keringat yang cukup banyak membanjiri wajah nya.

Apa Alea merasa sakit? Apa Alea merasa tak enak pada badan nya? Apa ia harus memberitahu Sinta?

Benak Ratu bertanya-tanya, ia mengelap keringat yang membasahi rambut serta wajah sang adik dengan lembut.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang