15. Perduli

5K 403 3
                                    

"Loh kamu sekolah?"

Arta dan Ghea kompak menoleh ke arah tangga saat Anna berucap menatap Alea yang berjalan dengan pelan.

"Aku ada kuis biologi hari ini," Alea berujar disertai senyum lembut di bibir pucat nya.

"Kan bisa susulan Le, lagipun bunda udah Telpon wali kelas kamu kok izin kalo kamu sakit." Anna menyentuh  kening Alea dengan punggung tangan.

"Tuh masih demam, gak usah masuk ya?"

Alea memejamkan mata saat dirasa kepalanya kembali berdenyut, harus nya ia memang tak memaksakan diri.

"Udah yu, bunda anter ke kamar."

Menggeleng pelan,"Lea udah ga papa bun, semalem udah di rawat juga kan sama bunda. Nanti kalo udah gak kuat Lea bilang Marun deh."

Ghea menoleh pada Alea sekilas.

Kenapa gak bilang sama gue Le? Gue yang kakak lo.

Gadis itu berbisik dalam hati, entah mengapa saat Alea berucap seperti itu. Jiwa nya seperti berdenyut. Seperti ada yang memberontak bahwa ia juga ingin diakui.

"Yaudah, tapi kamu berangkat sama bunda ya? Nanti pulang nya bunda jemput juga."

"Aku bisa sama Marun kok, biar bunda gak repot."

"Siapa bilang bunda repot?" Anna menyendokan nasi ke piring Alea."Bunda gak terima penolakan, atau gak sama sekali."

Mengangguk-anggukan kepala seolah mengerti."Ghea nanti adik nya dijaga ya?"

Ghea dan Alea mendongak berasama.

"Iya,"

"Engga,"

Keduanya saling tatap.

"Iya bun," Ghea berucap pelan.

"Engga bun, aku ga papa kok. Lea bisa jaga diri gak perlu dijagain sama Gege, lagian Alea kan udah gede,"

"Gak terima penolakan--"

"Atau gak sama sekali." Alea menyahut, membuat Anna terkekeh geli.

Ah, Alea ini.

"Pipi kamu mau di kompres lagi gak?" Tanya Anna, gadis itu sontak memegang bibir nya yang seketika terasa berdenyut.

"Gak papa, udah gak bengkak kok lagipun udah di kompres sama Bunda, udah dikasih salep juga." Alea tersenyum meski sudut bibir nya terasa sakit bila terus digerakan.

Arta diam-diam mengepalkan tangan nya di atas meja, lagi-lagi ia menyakiti Alea, gadis baik dan cantik yang begitu mirip dengan Athena.

Maaf Athena, lagi-lagi aku menyakiti anak kita.

Lelaki itu melirik Alea yang tengah mengobrol ringat dengan Anna, disertai tawa kecil. Sesekali Anna menyahut melempar pertanyaan pada Ghea.

Menghelanafas, harus nya ia bersyukur keluarga nya begitu hangat. Namun ia malah membangun benteng pertahanan yang kokoh dan dingin melindunginya untuk tak beringeraksi dengan Alea. Yanga jelas ia tau menyakiti Anak terahirnya itu.

"Nanti kamu pulang jam berapa Ann?"

Arta bertanya, yang seketika menghentikan tawa Alea. Ibu dan kedua anak gadis itu menoleh pada Arta.

"Sore juga udah pulang kok, kenapa?"

"Engga nanti malam aku mau ajak kamu makan malam di luar,"

"Berdua?"

Arta melirik ke arah Ghea juga Alea.

"Berempat,"

Diam-diam Alea tersenyum senang, jarang sekali Arta mau mengajak nya makan malam di luar, biasanya sang papa harus mendapat teguran dari Anna dahulu baru mau, ah--tidak. Baru sudi untuk mengajak nya.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang