81. Lumpuh

4.7K 311 13
                                    

Tangan nya menyentuh kepala yang di balut perban, meringis samar saat pening amat terasa, seperti ada batu besar yang menghampit nya.

"Shhh– sakit!" Alea terus bergumam, hingga tanpa sadar membangunkan Arta yang terlelap tepat di kuri sebelah ranjang nya.

Pagi tadi, sekitar pukul empat dini hari Alea kembali di pindahkan ke dalam Ruang rawat yang biasa ia tempati. Karna menunjukan kenaikan organ vital yang cukup bagus. Respon tubuhnya terhadap obat-obatan juga cukup meningkat dengan cepat.

"Hey! Alea? Udah bangun? Apa yang sakit?" Arta bertanya dengan mimik khawatri.

"Kepala aku sakit banget pah!" Jawab Alea pelan. Meremas rambut nya dengan kasar.

"Jangan di tarik! Nanti tambah sakit, papah panggil dokter ya?" Tangan kanan Arta mengusap kepala Alea lembut, tangan kiri nya memencet tombol emergency yang ada tepat di samping ranjang Alea.

Hingga membuat Anna yang terlelap di sofa harus terbangun secara tiba-tiba.
"Kenapa mas?"

"Alea kesakitan!" Jawab Arta menghampiri Anna yang masih terlihat belum sepenuh nya sadar.

Kedua nya menatap Alea yang tengah di perikasa dengan tatapan penuh khawatir.

Hingga satu pertanyan bernada rendah dari bibir mungil Alea mampu membuat mereka saling tatap di sertai linangan air mata.

"Kok–kaki aku mati rasa dok?"

Dokter yang menangani gadis itu sontak memeriksa kaki Alea yang masih di balut selimut, menyibak nya perlahan hingga memperlihatkan kaki jenjang Alea yang diam tanpa adanya pergerakan.

"Coba gerakin?"

Alea mencoba menggerakam kaki nya, namun tak ada hasil. Kaki nya tetap diam di tempat. "Gak bisa! Aku kenapa?"

"Alea hey, sabar sayang!" Anna berjalan menghampiri sang Anak, mengelus bahu Alea lembut.

"Aku lumpuh ya bun?" Tanya Alea.

Anna menatap Dokter yang ada di sana dengan pandangan bertanya, meminta penjelasan yang lebih siknifikan.

"Begini, seperti apa yang saya bilang kemarin. Efek dari benturan di kepala Alea memamg berbagai macam. Tapi bisa kita liat. Alea masih fasih berbicara, masih bisa melihat. Hanya saja–"

"Alea tak bisa berjalan."

"Jadi aku beneran lumpuh?" Tanya Alea lagi, kali ini dengan linangan Air mata. Bagiaman bisa? Ia tak bisa berjalan. Tak bisa berlari. Bahkan untuk sekedar berdiri.

"Bisa dikatakan begitu, tapi Alea kamu tenang aja. Ini sifat nya hanya sementara. Kalo kamu rajin melakukan Fisioterapi– mungkin kamu akan bisa berjalan seperti sedia kala." Dokter itu tersenyum lembut.

"Namun untuk sekarang, Dokter Anna? Alea harus menggunakan kursi roda terlebih dahulu ya?"

Anna mengangguk kecil."Makasih dok."

Dokter itu mengangguk, berjalan meninggalkan ruang rawat Alea.

"Bunda–" Alea mencicit pelan.

"Kalo aku lumpuh, aku makin ngerepotin pasti. Aku gak mau lumpuh bunda."

Anna menghenafas pelan. Tangan nya mengusap wajah Alea lembut. "Alea pasti sembuh, Alea pasti bisa jalan lagi. Bunda janji."

~•~

Ratu, Ghea dan Ketiga teman Alea sejak tadi tak berhenti mengoceh. Mereka sama-sama berusaha menghibur Alea yang sepertinya masih terpuruk.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang