46. Quarrel

3.3K 290 3
                                    

"Ka Alea!"

Tangan yang ingin menampar Alea di tahan oleh Marun. Gadis itu meremas tangan Melati dengan keras, menatap sang adik kelas sengit.

"Punya nyawa berapa berani sentuh Alea?" Marun berucap datar.

Ia menghempaskan tangan kanan Melati yang memerah di pergelangan nya. Melirik kearah Alea yang malah terlihat bingung.

"Kenapa ya?" Alea bertanya dengan nada lembut, terlebih saat wajah Melati nampak merah padam.

"Gue tau lo gak suka sama Ka Gara! Tapi gak begitu caranya, kalo lo mau kasih dia makanan ya kasih aja. Gak usah di kasih sesuatu yang malah buat dia sakit!"

"Gue ngeracunin Gara emang?"

Alea nampak melirik kearah Merci yang berdiri di belakang Melati, gadis itu nampak tersenyum simpul. Senyum yang Alea tak mengerti apa makna nya.

"Udang, Lo kasih Spaghetti yang ka Gara makan pake Udang kan? Lo gak tau kalo ka Gara alergi udang?"

Menghelanafas pelan, sungguh Ia memang tak tau bila Gara tak bisa mengonsumsi Udang. Lagi pun semalam Ghea tak mengatakan apa-apa selain Spaghetti Carbonara yang ia masak pagi tadi.

"Engga, Gue gak tau. Gue kan gak sedekat kalian berdua." Ujar nya pelan.

"Ya udah tau gak deket, ngapain kasih-kasih Ka Gara makan!"

"Gara nya aja gak masalah, kenapa lo yang repot dah!" Tosca menyahut, merasa geram atas tindakan Melati yang semena-mena. Terlebih saat wajah Alea menampilkan mimik tak masalah.

"Trus gue harus apa? Tanggung Jawab? Gue ngelayanin Gara? Jadi babu nya?" Alea berucap masih dengan wajah bersahabat.

"Nanti, Gue sama Gara makin deket lagi. Trus dia bisa makin suka," Alea menatap Melati Datar.

"Lo gimana? Di buang gitu aja?"

"Sialan ya lo!" Sengit Melati, membuat beberapa orang yang berada di kantin sontak menatap mereka penuh minat.

Melati yang di kenal pendiam dan Anggun berubah menjadi beringas, bahkan mulai berani melawan Alea.

"WAW, PRIMITIF! Kayanya. Ada yang mulai keliatan nih bad-bad nya." Jingga berseru heboh.

"Bagus deh ya, biar gak terus-terusan muka dua." Timpal Nevy.

"Eh jangan, jangan di buang muka dua nya! Di kasih aja buat yang suka cari muka!" Tosca menyahut. Melirik Melati sinis.

"Itu Merci, yang Alim-Alim gemes gitu yakin mau temenan sama titisan Titan?"

~•~

Alea nampak berdiri di depan pintu UKS, mendesah pelan saat hati nya benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tak perlu merasa seperti ini.

"Gara nya ga papa, lo tenang aja."

Ia menoleh pada Ghea yang tersenyum lembut, sepertinya sang kakak tau bahwa ia merasa Khawatir meski wajah nya menunjukan mimik biasa bahkan terkesan tak perduli.

"Mau masuk? Gara nya udah sadar."

Alea memgangguk samar, membuat Ghea menggeser tubuh nya. Mempersilahkan sang adik untuk masuk kedalam.

Dapat di lihat ada Gheo juga Aila yang menunggu Gara. Ia tersenyum kikuk. Merasa tak enak karna telah membuat teman mereka sakit.

"Lo bolos Le?"

Ia menoleh pada Aila yang bertanya, mengangguk samar. Karna ia memang tak mengikuti pelajaran dengan alasan Sakit yang untung nya di percaya.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang