85. Let it go

7.2K 401 34
                                    

"Besok kamu pergi jam berapa?" Alea bertanya dengan nada sedikit serak.

"Sekitar jam Enam pagian, kamu jadikan anter aku?"

Alea tersenyum, mengangguk yakin. "Iya, nanti aku kebandara."

Menghelanafas pelan, Gara menarik Alea kedalam pelukan nya. Menyamankan wajah gadis itu pada dada bidang milik nya.

Tangan lelaki itu mengusap bahu Alea lembut. "Perasaan aku gak enak, kenapa ya?" Tanya Gara.

Sejak tadi saat pertamakali ia melihat Alea rasanya akan ada sesuatu yang berbeda. Padahal Alea nampak terlihat lebih sehat dari biasanya. Bibir mungil pucat nya kini berwarna peach, mata yang biasanya terlihat sayu pun kini lebih berbinar.

"Perasaan kamu aja mungkin. Kamu bisa lihat aku sekarang lebih sehat kan?" Jawab Alea di serta senyum menggemaskan. Mata nya mengerjap saat pening di kepala nya kembali terasa.

Namun ia tak mungkin menunjukan itu semua pada Gara, bisa-bisa lelaki itu tak jadi berangkat ke Amerika.

"Udah ya? Kamu pulang sana. Sekarang udah malam. Nanti kalo kesiangan gimana?" Alea melepas pelukan yang menautkan kedua nya.

Gadis itu mengusap wajah Gara perlahan, seakan mengingaat setiap lekukan di muka sang kekasih.

"Janjikan besok dateng?"

"Iya Mas, nanti aku bakal lari-larian di bandara trus kalo udah ketemu aku peluk kamu. Beh, kita kaya adegan Cinta dan Rangga. Lucu kan?" Bibir mungil itu terpatri, membentuk senyum manis yang Gara begitu suka.

"Iya lucu. Lebih lucu lagi kalo jadi Milly and Mamet." Sahut Ghea malas.

Kakak dari Alea itu menatap Gara sengit. "Udah malem sana kek pulang- adik gue mau istirahat!"

"Sebentar-" Gara membalas ucapan Ghea dengan sabar, bila sama Calon kakak ipar harus berbuat baik kan.

"Besok aku tunggu ya di bandara?"

Alea mengangguk atas ucapan Gara. Menyuruh lelaki itu untuk cepat-cepat pulang karna- sungguh sakit yang menghantam kepala nya amat menyiksa.

"Yaudah aku pulang ya?" Gara berujar, mencium kening Alea dengan waktu yang cukup lama.

"Hati-hati." Alea berucap dengan nada serak, saat Gara sudah menghilang di balik pintu kamar ruang rawat nya ia menghelanfas kasar.

Tangan kanan nya terangkat, meremas rambut nya dengan kuat. Berharap dapat menghilangkan rasa sakit di kepala nya yang teramat sangat.

"Alea? Alea?" Ghea menghampiri Alea yang menggerang kesakitan.

Ssshh

Memencet tombol emergency dengan begitu berutal. "TOLONG! TOLONG ADIK GUE PLIS!"

Beberapa orang perawat dengan Sinta lari terbirit-birit menangani Alea yang terus mengeluh sakit.

"Alea? Alea?" Ghea terus memanggil nama Alea.

"Ghea keluar dulu." Sinta berujar dengan lembut. Namun tetap tak di tanggapi oleh Ghea.

"Ge--"

"GHEA ADIK KAMU KRITIS! HARUS NYA BISA NGERTI SITUASI INI!" Sinta membentak Ghea, di tengah kepanikan nya melakukan pertolongan pertama.

"Janga-an ben-tak, Gege-" Alea mencicit pelan, tak urung tetap meremas rambut nya dengan kasar.

"Maaf, tapi kakak kamu emang harus tunggu di luar bersama keluarga kamu yang lain!" Sinta berucap penuh sesal.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang