55. Wake Up

4.5K 301 2
                                    

Arta menggenggam punggung tangan Alea hangat, mencium nya sekilas. Tangan nya mengelus rambut hitam sang anak terahir dengan lembut.

"Udah tiga hari, tapi kamu belum bangun juga." Suara berat itu mengalun lirih.

Menghelanafas pelan. "Apa kamu mimpi indah? Apa kamu mimpiin Mamah? Kalo iya, Tolong bilang kalo Papah minta maaf."

"Papah minta maaf karna gak bisa jagaian kamu."

Tetes demi tetes air mata Arta tumpah begitu saja, terlebih saat menatap wajah Alea yang pucat pasi masih memejamkan mata dengan erat.

"Alea, Papah sayang banget sama kamu."

"Mas--" Anna berucap pelan, tangan nya mengusap bahu Arta lembut.

"Alea nya mau di lap dulu. Kata Sinta boleh biar badan nya juga tetep bersih." Wanita itu berujar, menerima wadah berisi handuk juga air hangat untuk membasuh Alea dari Karin.

"Tadi Sinta sempet bilang kalo kondisi nya juga mulai membaik, kita sama-sama berdoa aja."

Arta memgangguk menanggapi,"Boleh aku yang ngelakuin?"

"Hah?"

Menggaruk alis nya bimbang, Arta ingin membantu Anna membersihkan tubuh Alea. Tapi mengapa rasa nya begitu sulit untuk berbicara.

"Aku bantuin lap Alea nya." Jawab Arta kikuk yang malah membuat Anna dan Karin tertawa.

"Aku fikir apa." Anna menghentikan tawa nya, menaruh wadah yang ia pegang di atas nakas.

Tangan nya mulai melucuti kancing piyama rumah sakit yang Alea kenakan dengan hati-hati, takut mengenai beberapa kabel becil yang melilit tubuh rapuh sang Anak.

Ia meremas handuk yang sudah di rendam air hangat, memberikan nya pada Arta. "Bagian wajah atas nya aja, dia masih butuh oksigen. Trus ke leher sama dada pelan-pelan ya!"

Arta mengangguk, mulai mengelap wajah Alea yang sedikit tertutup rambut dengan lembut.

Tangan nya turun ke bagian leher jenjang Alea dengan perlahan juga penuh sayang.

"Aku gak tau reaksi dia, kalo tau kamu yang mandiin dia gini si," Anna terkekeh kecil. "Dia bakal seneng atau malah malu ya?"

Arta menoleh sejenak saat Anna berujar, berbisik pelan tepat di samping telinga Alea.

"Hari ini untuk pertamakali nya, papah bisa deket sama kamu Le, bisa mandiin kamu gini." Bisik nya. "Kamu gak mau bangun juga--"

Handuk basah yang ingin menyentuh dada Alea tertahan, membuat Arta, Anna juga Karin mengernyit heran.

Di tatap mata Alea yang sudah terbuka, tangan lemas nya menggenggam tangan Arta. "Pah--pah?"

Arta membulatkan mata, handuk basah yang ia genggam terlepas begitu saja, saat hati nya ingin berteraik bahagia.

"Ann, Anna! Anak kita bangun."

Senyum Anna terpatri, Menatap Alea penuh rasa rindu. "Alea?" Di usap nya surai hitam milik sang anak dengan lembut.

"Karin---Rin panggil Sinta!" Pinta Anna yang langung di laksanakan oleh karin.

Gadis itu meringis saat rasa sesak di dada nya kembali lagi, Kepalanya begitu pusing. Bagai baru saja tertimpa batu yang amat besar.

"B-un?" Panggil Alea pelan, mata nya begitu lengket untuk kembali terbuka.

"Alea!"

Gadis itu melirik kearah Sinta yang berjalan kearah mereka, mulai melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuh lemah nya.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang