20. Regret

6.2K 402 3
                                    

Anna tersenyum mengobrol ringan dengan Sinta yang habis menyelesaikan oprasi paru-paru dengan amat lancar.

Duduk di dekat cafetaria sembari meminum teh hangat.

"Gimana kabar Alea Mba?" Tanya Sinta membuat Anna mengerutkan kening bingung.

"Loh kamu kenal Alea?"

Sinta mengangguk singkat."kenal dong, adik nya Ratu kan? Dulu sering kesini."

Sekarang pun masih sering ketemu.

"Ohiya Aku lupa," Anna tertawa pelan. Ratu dan Alea memang yang paling sering ia ajak berkunjung ke rumah sakit.

"Baik kok, semalam sempat demam tapi tadi udah maksain sekolah. yaudahlah anak nya emang keras kepala banget."

Emang mba, Alea itu kalo bukan anak mba Anna sudah ku pites kali.

"Susah di bilangin ya?" Tanta Sinta.

"Ya gitu. Suka gak nurut, tapi kalo di sanding sama kedua kakanya. Alea itu yang paling baik. Dari segi sosial lebih perduli sama orang lain."

Sinta mengulum bibir,"Mba kaya tau semua tentang Alea ya?"

"Iya dong, Alea kan Anak ku."

Wanita itu tersenyum pada Anna, terselip rasa tak enak mengingat sepertinya Anna belum tau hal besar yang di sembunyikan Alea.

"Abis ini kamu ada oprasi lagi?"

Sinta merespon pertanyaan Anna dengan gelengan kepala."Tadi oprasi terahir, setelah ini paling cuma ngecek beberapa pasien aja."

Anna mengangguk, mata nya menyipit saat Karin--salah seorang perawat yang cukup dekat dengan nya dan Sinta berlari membabi buta kearah mereka.

"Mb-a hah hah,"

"Nafas dulu Rin!" Sinta menyodorkan sebotol air putih yang tutup nya sudah ia buka pada Karin. Membuat perempuan yang jauh lebih muda dari mereka sontak menerimanya.

"Makasih Mba Sin!" Ia mengembalikan air yang sudah tinggal setengah pada Sinta.

"Ada apa?" Tanya Anna, kening nya berkerut saat Karin menatap nya serius.

"Mba aku tadi liat--"

"Liat apa?" Anna berujar tak sabran, saat Karin nampak ragu mengatakan nya.

"Itu, aku tadi jaga di depan UGD, Aku liat ada korban kecelakaan tunggal mirip sama--"

"Sama siapa?"

"Ale--"

Tanpa menunggu kelanjutan ucapan Karin, Anna berlari begitu kencang menuju ruang UGD di susul Sinta dan Karin yang ikut berlari di belakang nya.

"Mba, Mba Anna!" Sinta berseru panik. Saat di lihat Anna menerobos masuk ke ruang Darurat itu.

Wanita itu diam mematung saat yang di lihat Alea tengah di tangan seorang dokter dan beberapa orang suster.

Tubuh nya terasa lemas, melihat pakaian Alea kotor dan robek di beberapa bagian. Belum lagi luka-luka yang terlihat di tubuh dan wajah anak gadis nya.

"Alea?" Lirih nya pelan, nampun mampu di dengar oleh orang-orang di ruang itu.

"Dokter Annabeth?"

Anna menoleh,"Tolong selamatkan Alea, dia anak saya!"

Tubuh nya terjatuh membentur lantai, tak kuasa menerima keadaan Alea yang begitu memperihatinkan.

~•~

Arta menoleh saat ruang kerja nya di buka dengan kasar, mata nya menatap Siska--adik perempuannya dengan pandangan kesal.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang