33. Petualangan

3.9K 320 8
                                    

Alea menatap Gara bingung, bila biasanya lelaki itu menggunakan motor kali ini sedan hitam keluaran terbaru yang menjadi kendaraan nya.

"Masukin ke garasi aja Gar, samping mobil ka Ghea." Alea berujar membuat Gara mengerutkan kening bingung.

"Katanya kita mau ke pasar Barito, gue sengaja bawa mobil biar lo nyaman pas perjalanan."

"Hari ini, gue gak mau naik mobil, motor atau kendaraan pribadi. Gue mau petualang. Naik ngendaaran umum."

"Tapi--"

"Yaudah kalo lo gak mau ngater!" Alea berujar malas.

"Eh iya-iya." Gara memarkirkan mobil hitam nya di bantu pak iman.

"Lo udah izin kan?"

Alea mengangguk, meski tadi harus menuai perdebatan kecil dengan Anna, Ghea bahkan Ratu yang melarang nya untuk pergi karna Khawatir. Tapi Alea bisa meyakinkan mereka bila ia akan baik-baik saja sudah lebih dari cukup.

"Yaudah yuk, kita ke halte depan kompleks dulu biasanya ada bus umum gitu yang lewat, nanti seterus nya lo yang kasih petunjuk ya?"

Gara mengangguk, mulai berjalan di samping Alea. Mata nya mencuri-curi pandang pada wajah Alea.

Karna sungguh, bahkan dari samping wajah gadis itu tetap begitu cantik. Hidung mancung nya begitu terlihat, belum lagi bulu mata lentik yang melengkung dengan sempurna.

"Jangan liatin gue gitu." Alea berujar melirik Gara sekilas. "Nanti suka."

"Udah suka."

Alea menghentikan jalan nya, membuat Gara mengerutkan kening bingung. Gadis itu menatap Gara. "Gue gak mau, jatuh cinta sama orang yang bakan belum bisa lupain masalalu nya."

Ia kembali berjalan, di ikuti Gara.
"Kalo lo udah bisa lupain ka Mawar, lo bisa bilang cinta lagi sama gue."

"Karna gak ada wanita yang mau di tempatkan di posisi ke dua. Bahkan saat posisi pertamanya udah gak ada."

Gara tak berkata, lelaki itu hanya menatap Alea dalam. "Jadi rasa itu udah mulai tumbuh Le?"

"Baru di taro bibit, belum di siram, belum di sinari matahari, belum di kasih pupuk. Masih harus di rawat. Masih jauh dari kata tumbuh." Alea berujar duduk di kursi halte, berbaur dengan beberapa orang yang sepertinya juga menunggu angkutan umum.

"Gue bakal terus tunggu."

"Tunggu nya juga pake waktu, pake usaha. Biar gak sia-sia."

Gara tersenyum,"Ini juga lagi usaha." Lelaki itu berdiri di depan Alea, guna menghalau matahari dari timur yang menerjang tubuh Alea.

Meski matahari pagi tergolong sehat, namun ia tak tega bila Alea harus kepanaaan.

"Makasih." Alea berujar tulus. "Eh Bus nya datang."

Alea berdiri, membuat Gauoxra menggeser tubuh nya. Di gandeng nya tangan Alea untuk berjalan menaiki bus umum yang nampak sedikit penuh itu.

"Hati-hati tangan nya." Gara melindung tangan Alea yang masih di gips dengan lembut, saat ada seorang remaja yang tak sengaja hampir menyenggol lengan Alea.

"Gue di deket jendela ya?"

Gara mengangguk pelan, "Nanti kita turun di halte pasar burung barito. Dari situ udah deket sama penjual hewan."

Tersenyum tanpa menoleh pada Gara."Naik kendaraan umum seru ya? Orang nya macem-macem. aneh-aneh, kita bisa ngerasa jadi rakyat kecil."

"Emang nya lo rakyat besar?"

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang