8. Rasa apa?

5.4K 411 3
                                    

Hujan yang turun sejak sore tadi belum kunjung reda, membuat hawa dingin menyelinap masuk hingga ke ujung kepala. Alea memijat kening nya pelan rasa pening yang tiba-tiba menyerang membuat nya tak nyaman.

Di tampah paru-paru nya yang terasa di ikat dengan kuat membuat nya susah memasok udara.

Lagi, ia menghirup Inhaler yang ada di genggaman tangan kiri nya, sedangkan tangan kanan nya sibuk menulis tugas yang akan di kumpulkan besok.

"Shhh--" Pulpen yang ia genggam terlepas menggelinding ke bawah meja belajar. Mengapa rasanya begitu sesak.

"Mah--" Gumam nya pelan, tiap kali asma nya menyerang. Alea selau ingat akan sang mama. Andai saja Athena masih ada mungkin sekarang ia sedang bersama Alea.

Tok tok

Ketukan pintu kamarnya tiba-tiba terdengar di susul suara lembut Anna yang membelai telinga.

"Le, Bunda masuk ya? Bunda bawain susu nih,"

Ia menggelanafas menetralkan irama jantung yang sempat berdegup tak beraturan. Setelah di rasa cukup ia berdeham pelan meredam suara agar tak terdengar serak.

"Masuk aja Bun,"

Terdengar suara pintu di buka tak lama terlihat Anna yang berjalan menghampiri Alea.

"Kamu lagi belajar?"

Alea mengangguk, menaruh Inhaler yang ia genggam di atas meja belajar mengambil alih gelas yang di pegang Anna.

"Asma kamu kambuh lagi?" Anna meraih Inhaler yang tadi di letakan Alea di Atas meja.

Ia memang tau bahwa Alea mengidap penyakit Asma, bahkan sejak gadis itu kecil ia yang merawat nya.

"Sedikit, tapi udah ga apa-apa kok." Jawab Alea setenang mungkin, berdoa dalam hati semoga saja Anna tak curiga.

"Kamu udah pake berapa kali?"

"Gak banyak, bunda tenang aja."

Anna mengangguk, berjalan ke arah lemari mengambil sebuh selimut yang lumayan tebal di sana.

"Sekarang udah musim hujan, sering-sering pake jaket ya biar hangat terus." Tangan wanita itu menyelimuti tubuh Alea, Mengecup rambut gadis itu lembut.

"Kerjain tugas nya, kalo udah selesai langsung tidur ya?"

Alea kembali mengangguk, di kecup nya pipi Anna dengan lembut.
"Makasih Bunda,"

~•~

Aila terus mendengus karna terik matahari yang terasa begitu menyengat kulit, rasa-rasanya sang surya tepat berada di atas kepala membuat ia berkali-kali harus mengeluh karna jam pelajaran olahraga kelas mereka berlangsung pada siang hari.

"Udah si ngeluh terus mak lampir, kita udah di pinggir lapangan juga." Gheo berujar masih dengan menutupi kepala Ghea dengan beberapa daun yang di satukan membuat matahari tak tembus menerjang wajah sang kekasih.

"Lah emang panas si, pak agus mana lagi gak dateng-dateng." Aila mengibas-ngibas wajah nya dengan telapak tangan.

"Mana punya temen biadab semua, gak tau gue jombo apa mau olahraga aja pake uwu uwuan segala,"

Ghea tertawa mendengar penuturan Aila."Maknya cara cowo sana biar bias doble date. Gara juga sana cari Cewe biar bisa triple date."

Gara mengangguk singkat,"Nanti," Mata nya menatap seseorang yang memasuki lapangan lengkap dengan seragam olahraga nya, di ikuti beberapa teman kelas gadis itu.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang