12. Air Mata Marun

5.2K 434 3
                                    

Gheo dan Aila tertawa keras, menghiraukan beberapa murid yang menatap mereka bingung. Tak perduli ramai nya kantin di jam istirahat mereka bahkan terpingkal hebat.

"Sumpah Gar? koko namanya?" Gheo berucap membuat Gara mengangguk singkat.

"Gue tebak muka nya ada cina-cina nya nih."

Aila ikut mengangguk,"Gak kakak gak adik suka nya sama yang ahong-ahong!"

Gara mengulum bibir, dilirik nya Ghea yang namapak masih berfikir."Menurut lo, Koko itu kaya gimana Ghe? Lo pasti pernah kan ketemu sama si Koko--Koko itu?"

Menggeleng Ghea menautkan alis bingung."Ga kenal, bahkan gue gak tau dia punya temen cowo."

"Lo ngapai nanya Ghea? Kaya peduli aja dia sama Ale--"

"Diem Ai" Gheo memotong ucapan Aila.

"Tapi, serius lo gak kenal gitu?"

Ghea menggeleng."Coba deh tanya Marun, dia deket banget sama Alea."

Gara nampak mengangguk pelan, kepala nya mengedar ke segala penjuru kantin sampai mata nya menangkap sosok Marun yang tengah duduk di samping Alea.

Mengernyitkan dahi bingung, Mata nya menelisik ke arah Marun yang nampak diam mendengarkan Alea berbicara. Namun tak terlihat seperti Marun yang bergairah. Kali ini gadis itu seperti kehilangan cahaya. Tapi karna apa?

Mata nya berpindah pada Alea, tiba-tiba sudut bibir nya terangkat walau singkat. Kala Alea menunjukan wajah yang jarang diperlihatkan, dengan tatapan sayu gadis itu tanpa sadar mengelus tangan Marun yang entah sejak kapan di genggam nya sambil berbisik pelan.

Dengan tak menghiraukan Nevy dan Tosca yang mengoceh, dengan menampilkan senyum yang begitu manis, dengan tatapan menghangatkan yang jarang di tunjukan pada Gara.

"Gak mungkin," Gumam nya pelan, bahkan tak terdengar.

Ah ia masih saja tak percaya bahwa ia sedang jatuh cinta, jatuh cinta pada sosok Alea. Gadis yang bahkan setiap bertemu dengan nya selalu mengibarkan bendera perang.

~•~

Sejak awal bertemu Marun pagi tadi suasana hati gadis itu memang sedang kelabu, bahakan sejak kemarin usai melalukan TC Scan. Mereka berdua tak banyak mengobrol, hanya pertanyaan-pertanyaan singkat Alea lontarkan pada Marun yang gadis itu jawab hanya dengan gelengan dan anggukan kepala saja.

Tapi tadi, saat Marun menatap nya dengan pandangan berkaca dan lirihan yang nyaris tak terdengar Alea mulai mengerti.

Le, Gue takut.

Tiga kata yang Marun ucapkan membuat Alea seolah tertampar oleh keadan, bahwa ia memang tak baik-baik saja. Dan Marun merasa takut akan hal itu.

"Lo kenapa si Run? Sini-sini cerita sama Bunda," Jingga berujar di sertai senyum khas nya.

"Tau tuh, suntuk banget dari tadi pagi." Tosca ikut menyahut di angguki kepala milik Nevy.

"Udah ga papa," Alea menggenggam tangan Marun, mengelus nya lembut.

"Ga papa--Ga papa apanya nih, wah lo kalo punya masalah cerita-cerita dong. Parah nih main rahasia-rahasiaan?" Tosca berucap dengan nada sarkas.

Marun mendongak,"Gue ga papa, cuma lagi dateng bulan aja. Jadi bawaan nya gak enak."

"Perasaan biasanya kalo dateng bulan, lo masih bisa secerah matahari." Nevy berucap,"Tapi sekarang, loh malah kaya mendung. Gak ada awan sama sekali."

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang