47. Hiperbarik

3.7K 285 0
                                    

Kedua pasang kaki dengan balutan rok abu selutut itu melangkah dengan pelan, tangan mereka saling bertaut membentuk genggaman yang begitu erat. Dapat Ghea rasakan tangan Alea mendingin dengan keringat cukup banyak keluar dari tubuh nya.

Alea pasti ketakutan, karna hari ini ia memang akan menjalani terapi Oksigen pertama nya. Itu sebabnya mengapa tadi mereka menolak ajakan Gara untuk pulang bersama.

"Ga usah takut, kan nanti ada bunda juga." Sang kakak berucap menengkan.

Terlebih wajah Alea yang ketara terlihat begitu terlihat khawatir. "Tapi nanti Gege temenin kan?"

"Iyah." Kedua nya masuk kedalam ruang Sinta yang tak terkunci, sebelum nya mengetuk pintu putih itu pelan.

"Udah dateng tuh." Sinta berujar pada Anna yang sama-sama menoleh, tersenyum lembut.

"Siap?" Tanya Sinta. Yang malah di jawab gelengan kepala milik Alea. Karna Sunggu ia memang tak siap.

"Anak nya gak siap nih mba? Gimana terus."

Anna nampak berdiri, berjalan menghampiri Alea. "Kenapa? Takut?"

Alea menggigit bibir bawah nya bimbang. "Iya, bunda."

"Ga papa Le, nanti di temenin sama Bunda, sama Ghea. Apa perlu bunda telpon Ratu buat nemenin kamu juga?"

"Kamu udah janji kan bakal ngelakuin samua prosedur--"

"Iya." Alea memotong ucapan Anna.
"Trus sekarang aku harus apa?"

Walau aku takut, bunda juga gak bakal ngerti kan?

"Kamu tau kan kita bakal jalani terapi Oksigen hiperbarik?"

Alea mengangguk atas pertanyaan Sinta. Karna ia memang sudah mencari tau manfaat bahkan dampak dari terapi oksigen yang ia jalani.

Mulai dari rabun, tuli, kolaps paru hingga kejang karna terlalu banyak menampaung oksigen murni.

Terapi oksigen hiperbarik juga di lakukan di sebuah ruangan seperti kapsul raksasa yang bisa menampung satu orang untuk berbaring di sana. Belum lagi tekanan oksigen di naikan menjadi tiga kali lebih tinggi dari tekanan oksigen normal.

"Oke, kamu ganti baju dulu. Nanti di bantu sama suster Karin juga. Trus kita pemeriksaan lalu mulai terapi ya?"

Alea mengangguk terbata, bangun dari duduk nya. "Suster Rin udah di depan kan?"

~•~

"Dokter Sinta itu udah jadi Doketr paru-paru paling bagus di sini Ghe, jadi kamu tenang aja." Anna berujar saat kedua nya memutuskan untuk makan di kantin sebelum menemani Alea terapi oksigen, selagi Alea melakukan pemeriksaan oleh Sinta dan Karin.

"Iyah aku ngerti, bunda udah milih yang terbaik buat Alea pasti."

Tersenyum Anna mengelus rambut Ghea lembut. "Makasih udah mau perduli sama Alea, karna kamu semangat hidup nya tinggi lagi."

"Dulu dia pernah bilang kalo mau hidup seratus tahun lebih lama, biar seperti kura-kura. Tapi sekarang, sebelum transplantasi paru di lakuin. Kemungkinan hidup lima tahun kedepan aja udah kecil banget."

Anna merasa tangan nya menghangat, saat Ghea meremas nya dengan lembut. Menyalurkan kekuatan di sana.

"Separah itu?"

"Kalo bunda bilang, sekarang Alea sedang mempersiapkan perang kamu percaya?"

"Tapi dia kelihatan baik-baik aja."

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang