39. Pertengkaran kecil

4K 316 2
                                    

"Ngapain bangun!" Alea berseru saat mata nya menatap Tosca yang tengah mengerjap. Mendengus samar.

"Kalo mau mati bilang Sca, nanti gue bantu buat ngebunuh lo!"

Tosca nampak tersenyum kecut, terlebih hanya ada Alea yang berada di samping nya, juga Ratu yang tengah tidur di sofa.

"Om Alun sama tante Nada ada di kantin. Cari makan." Alea berujar tau apa yang tengah di pikirkan Tosca.

"Mereka dateng?"

"Mereka yang bawa lo ke RS." Jawab Alea.

"Mereka tetep cerai ya?" Lirihan itu terdengar begitu menyentuh. Membuat Alea mau tak mau tersenyum mengelus punggung tangan Tosca yang bebas dari infus.

"Engga lah, kan Ada gue mana bisa mereka buat temen gue tersakiti lagi. Tau gak Sca?" Alea nampak memajukan kursi nya untuk lebih dekat dengan Tosca. "Tapi jangan marah ya?"

"Kenapa?" Tanya Tosca.

"Semalam gue ngomelin orang tua lo gara-gara udah buat lo begini." Alea nampak menepuk dada bangga. "Tapi setelah nya gue minta maaf si, ya itukan biar mereka sadar aja kalo lo masih butuh mereka."

"Lo--gak marah kan?"

Menggeleng samar,"Engga lah, gue malah mau bilang terimakasih karna berkat lo gue gak jadi masuk neraka. Dan mamah papah gue gak jadi pisah."

"Gue keren kan?" Alea manaik turunkan Alis. Membuat Tosca sontak memukul wajah nya.

"Jangan kaya begitu ih, kaya om om mesum muka lo."

"Siapa yang mesum?"

Keduanya sontak menoleh ke arah pintu ruang rawat yang terbuka. Menampilkan Anna yang masuk di susul Arta yang juga ingin ikut bertemu Alea.

"Loh Ratu tidur?" Anna nampak melirik Ratu sekilas. Menaruh paperbag yang ia bawa ke atas meja. Arta juga menaruh sepelastik buah-buahan untuk Tosca.

"Oh Tosca yang sakit ya?"

Tosca tersenyum pada Anna juga Arta. "Iya tante, maaf jadi ngerepon Alea begini."

"Ah engga kok, ga papa Alea malah seneng kan hari ini jadi bolos sekolah?"

Alea nampak melempar senyum pada Anna, ia fikir sang bunda akan marah tapi nyata nya Anna malah bersikap biasa.

"Bunda tau dari mana aku di sini?"

"Dari dokter Dikta, untung si dia ngabarin kalo engga mungkin--"

"Mungkin bunda udah nangis darah gara-gara kamu sama Ratu tiba-tiba ilang!" Arta menyahut. "Papah gak mau tau, gak ada pergi-pergi tanpa ijin lagi."

Gadis itu mengangguk pelan. "Iya maaf abis semalam panik banget."

"Emang Tosca sakit apa?" Tanya Anna.

Alea dan Tosca saling tatap sejenak. Tak mungkin memeritahu yang sebenarnya bila Tosca ingin bunuh diri.
"Ituh diare--iya diare dia kepala nya sakit gara-gara diare."

"Oh sekarang perut pindah ke kepala ya? Trus nanti jadi perut nya yang pusing gitu?" Anna menyahut, yang sejujur nya ia sudah tau apa yang tengah di alami Tosca karna Dikta sebelum nya pun sudah bercerita.

Alea nampak tersenyum kikuk. "Ah iya bunda tadi bawa apa? Makanan ya? Papah gak ke kantor?" Gadis itu mengalihkan topik yang malah membuat Arta dan Anna tertawa pelan.

"Bunda bawa nasi sama lauk, ada salad juga. Trus ada buah buat Tosca." Anna nampak meraih paperbag di atas meja.

"Ituh kamu makan nasi merah aja biar nanti Ratu yang makan nasi putih nya." Anna nampak menatap Tosca.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang