67. Airport

3.4K 297 12
                                    

"Maaf."

Alea menghelanafas samar, entah untuk yang keberapa kian kali Marun berucap demikian. Datang begitu pagi hanya untuk meminta maaf padanya sebelum berangkat kesekolah.

"Sebelum lo minta maaf, bahkan udah gue maafin Run. Lagian yang semalam itu bukan salah lo." Alea menyahut, mengelus tangan Marun lembut. "Gue ngerti. Lo lagi gelisah kan?"

"Hah?" Barun mencicit tak mengerti.

"Muka lo. Muka lo kelihatan banyak pikiran banget semalam. Lo galau, lo sedih, lo sakit, lo mikir. Gue hapal gimana ekspresi lo." Ia tersenyum pada Marun. "Kalo lo masih gak mau cerita gue gak masalah."

Marun mengangguk kecil.

"Run?" Yang di panggil menoleh, Mata nya menatap Alea yang tersenyum sendu.

"Hari ini lo gak usah sekolah ya? Lo harus sama gue terus. Nanti gue bilang tante Thalia deh."

"Kenapa?" Tanya Marun yang masih belum mengerti.

"Perasaan gue gak enak aja." Jawab Alea pelan.

Marun mengusap bahu Alea perlahan, berusaha menenangkan. "Ga papa, mungkin cuma perasaan lo aja kali."

"Oh iya!" Gadis itu ingin mengeluarkan sesuatu dari saku kemeja milik nya, namun tertahan saat sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk ke ponsel nya.

"Siapa?" Tanya Alea penasaran, yang sontak di jawab gelengan kepala milik Marun saat tau yang mengirim nya pesan adalah Andy.

Ka Andy
Marun hati-hati, Sama Melati.
Dia tau, kalo kamu tau rahasia nya.
Tau berarti mati, aku gak bisa ada
Di dekat kamu. Pagi ini aku berangkat
Ke Aussie. Aku harap kamu mau, ah engga. Sudi nganter aku.

Melati kembali mengunci layar handpone nya. Mata nya menatap Alea yang sudah memakai kaca mata.

"Jadi, hari ini lo nemenin gue belajar ya? Pagi ini bakal jadi first time gue balajar pake guru privat." Alea berucap, membolak balik buku yang ada di pangkuan nya.

"Sorry Le."

Alea menoleh pada Marun, menaikan sebelah alis nya bingung.

"Gue harus pergi--"

"Kemana?" Tanya Alea memotong ucapan Marun.

"Gue mau ke bandara, nganter ka Andy buat yang terahir kali nya. Dia bilang dia gak bakal balik ke indo lagi." Marum menjawab dengan ekspresi tak enak.

"Bukanya gue bilang lo harus stay di sini sama gue?" Alea berujar dengan mimik Datar.

Sungguh ia tak akan seperti ini bila saja perasaan nya tak gelisah. Tapi sekarang dada nya bahkan terasa amat sesak seperti akan ada yang terjadi.

"Le?" Marun berujar lirih. Ia tau betul Alea. Sekali A tetap A tidak B apalagi C.

"Sana!"

Marun menghelanfas pelan. "Le--"

"Kalo emang ka Andy lebih penting dari gue lo bisa pergi sekarang! Kalo emang lo masih perduli sama orang yang bahkan udah buat gue hampir mati. Lo bisa pergi."

"Le sebentar lagi--" Marun menoleh saat pintu ruang rawat Alea terbuka.
Menampilkan sosok Agam dengan ransel besar di milik nya.

"Ka Agam udah dateng. Lo gak perlu ngerasa takut. Lo gak sendiri."

Bukan ini Run, gue gak takut sendiri.
Yang gue takutin itu lo!

Alea berteriak dalam hati saat Marun mulai berdiri, gadis itu mengelus rambut Alea pelan. "Gue duluan!"

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang