82. Fisioterapi

3.9K 306 7
                                    

Kaki nya terasa keram karna terus di paksa gerak, hingga beberapa kali jatuh sampai sang bunda berkali-kali minta di hentikan.

"Alea hari ini cukup ya?" Anna berucap, mengusap rambut Alea yang lepek karna berkeringat.

"Gak bisa bunda, aku mau cepet bisa jalan."

Aku mau Gara tetep berangakt ke Harvard.

"Tapi ini udah satu jam, besok kita coba lagi ya?" Anna membatu Alea untuk duduk di kursi roda.

"Dokter Anna," Surya berujar pelan, Dokter fisioterapi itu tersenyum lembut.

"Saya tau ini gak mudah, tapi keinginan sembuh Alea itu besar banget. Gak ada salah nya kita terus coba kan?" Lelaki itu berujar, mengulurkan tangan nya tepat di depan Alea.

"Ayo, coba lagi!"

Alea mengangguk, dengan semangat yang membara ia kembali mencoba.
Kaki nya terasa nyari saat syaraf nya terasa seakan putus.

Satu langkah, bibir nya membentuk senyum manis. Dua langkah, ia melirik kearah Anna yang menatap nya penuh khawatair. Tiga langkah, ia melihat kearah jendela besar di ruangan itu, terdapat Ghea, Ratu serta Arta yang berdiri di sana.

Empat langkah, Bruk!

Kaki nya mati rasa, lutut nya bersentuhan di lantai saat Surya melepas pegangan nya begitu saja.

"Dokter Surya kenapa di lepas!" Arta masuk tanpa izin, membentak Surya yang malah tersenyum sopan.

Berhadapan dengan Arta memang harus penuh dengan kehati-hatian, salah-salah ia bisa saja di tendang dari rumah sakit tempat nya berkerja kini.

"Begini, setelah di lihat-lihat." Surya menatap Alea yang kembali di dudukan di kursi roda oleh Arta.

"Kaki Alea sudah mulai bisa di gerakan dan berfungis, bila saya topang tubuh nya tadi ia sudah bisa melangkah kan?" Surya berujar, menatap Alea dalam.

"Tapi saat saya lepas, Alea jatuh. Karna kaki nya belum terlalu siap untuk menahan beban di tubuh nya."

"Besok saya mau Alea datang ke sini dengan membawa sepasang kruk sikut. Kita akan belajar jalan dengan bantuan kruk hingga kaki nya sudah benar-benar siap." Surya berujar, menatap Arta sopan.

"Perkembangan jalan Alea sangat pesat pak Arta. Alea anak yang cerdas."

Lelaki itu mengusap rambut Alea lembut, "Semangat ya? Sebentar lagi pasti bisa jalan."

~•~

Gadis itu meringis saat lutut nya yang membiru di kompres dengan es batu, ia menatap Gara yang dengan begitu telaten mengobati luka-luka nya akibat terjatuh saat terapi.

"Sakit ya?" Tanya Gara pelan.

Alea menggeleng kecil. "Gak terlalu si."

"Maaf tadi gak bisa nemenin, tadi bantu papah di kantor." Gara berucap penuh sesal, terlebih saat ingat ia tak ada saat Alea jatuh dan butuh uluran tangan.

"Ga papa, dari satu minggu yang lalu kamu udah nemenin aku terus kali." Alea mengelus rambut Gara yang sudah lebih rapi dari sebelum nya.

"Kamu udah ke barbershop? Rambut nya rebih rapi dari pada waktu itu yang aku potong." Tanya Alea. "Maaf ya kamu pasti gak suka potongan aku."

"Suka kok, cuma biar lebih rapih aja nemenin papah ketemu temen nya." Jawab Gara lembut. "Aku suka potongan rambut kamu, aku jadi mirip Jungkook kan?"

"Kamu mah jongkok! Bukan Jungkook!"

Alea berseru, ia menatap Gara yang sudah bembereskan wadah berisi es batu bekas mengompres nya tadi.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang