63. Dying

3.7K 305 26
                                    

"Sshh--" Alea menggigit bibir bawah nya keras, menahan pukulan yang begitu menyakitkan di seluruh tubuh nya.

Ia fikir Andy akan menjadi penyelamat nya, tapi ia salah besar. Karna sekarang Andy tengah memukulinya dengan tongkat Baseball yang ia ambil dari Melati tadi.

"Lo tau Le?" Andy berucap pelan, "Gue benci banget sama keluarga lo. kenapa?"

"Karna mereka gak pernah adil."

Alea menatap Andy dengan pandangan sendu. "Tapi Marun juga keluarga gue."

"Iyah!" Andy mengangguk kecil.
"Itu sebab nya gue pacarin. Awalnya, gue cuma mau mainin dia aja!" 

"Tapi lama-lama jadi suka. Tapi–ada yang gak gue suka dari dia."

"Karna dia selalu ngebahas Lo Alea!"

Bug!

Andy memukul badan Alea keras. Membuat gadis itu terbatuk di sertai darah yang keluar begitusaja dari bibir nya.

Membuat seragam yang sebelum nya sudah kotor kian bertambah.

"Ghea? Harus nya gue yang ada di posisi dia sekarang. Gue yang mati-matian cari Visi-Misi buat jadi ketos. Tapi gagal cuma karna saingan gue cucu pemilik Alaska." Andy tersenyum remeh.

Tangan nya menampar Alea beberapa kali. "Gara-gara itu, gue gak bisa masuk kampus impian gue!"

"Dan gara-gara itu juga, Papah sering marah!"

Alea mengusap bibir nya dengan bahu, "ka Ghea, Jadi--ketua Osis itu karna usahanya-- sendiri! Bukan karna Opah!"

Plak!

"Tau apa lo? Anak kecil!" Andy menendang wajah Alea tampa belas kasihan.

Membuat Merci yang ada di sana sontak memejamkan mata, tak berani rasanya menatap wajah Alea yang sudah lebam juga berdarah di mana-mana.

Alea menghelanafas berat, saat Sesak yang sejak tadi menggelayuti paru-paru nya seakana makin terasa.

"Kenapa? Sesak?" Tanya Andy remeh.
"Oh iya, Kata Marun lo punya Asma kan?"

Lelaki itu menatap Merci, "Mer, Buka tas nya! Cari inhaler di sana. Nanti kalo dia mati, Pacar gue sedih lagi!"

Mengangguk, Gadis itu mulai mengutak-atik Tas hitam milik Alea. 
Setelah bertemu benda kecil berwarna putih bitu itu. Ia langsung menyodorkan nya pada bibir Alea.

Sekali hisap.

Plak!

Andy memukul tangan Merci, membuat Inhaler yang ia genggam jatuh kelantai gudang yang dingin.

Uhuk!
Uhuk!
Alea memegang dada nya yang kian nyeri, Mata nya pun mulai berkunan. Tapi ia harus tetap sadar, ia harus tetap hidup.

"Jangan banyak-banyak, Alea kan kuat!" Andy terkekeh pelan. Kaki nya menginjak inhaler yang berada di lantai hingga terdengar suara.

Krek.

Gadis itu menggeliat saat rasa sesak nya semakin menjadi. Beberapakali terbatuk bahkan hingga memuntahkan cairan Amis berwarna merah begitu saja.

"Ayo cabut! Dikit lagi juga mati dia!" Andy berujar, membuat Melati dan Merci mengangguk mengiyakan.

Ketiganya berjalan meninggalkan gudang begitu saja. Meninggalkan Alea yang nafas nya bahkan sudah berada di ujung tenggorokan.

~•~

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang