24. Melati berduri

5.9K 381 7
                                    

Alea meringis pelan saat handuk basah yang sudah di celupkan pada wadah berisi es batu menyentuh area tulang rusuk nya. Dikta bilang mengonpres dengan es batu mampu mempercepat penyembuhan rusuk nya yang retak.

Mata nya melirik pada Anna yang tak bersuara, bahkan sejak pagi tadi ia kembali dipindahkan ke ruang rawat biasa. Sang bunda hanya diam saja.

Di tambah Ghea yang harus pergi sekolah dan Arta yang berkerja. Sepi sudah semua.

"Bunda udah gak sibuk ya?" Ia berucap lirih terlebih saat Anna tak beraksi apa-apa. Wanita itu tetap fokus mengompres tulang rusuk Alea.

"Makasih udah mau dateng ke sini,"

Memejamkan mata saat wajah nya di sentuh dengan tangan dingin milik Alea, membelai dengan jari yang punggung tangan nya bahkan masih menempel jarum infus disana.

"Lea kangan banget sama Bunda, Lea fikir saat pertamakali buka mata. Ada bunda di samping aku. Tapi ternyata engga,"

Anna meraih tangan Alea dari wajah nya. Menaruh tangan kurus itu ke atas perut sang Anak.

"Bunda marah sama aku? Karna aku terluka? Karna aku udah ingkar janji sebelum nya?" Tanya Alea saat merasakan sikap Anna yang benar-benar berbeda.

"Bunda cuma kecewa," lirih Anna.

"Maaf bunda--"

"Bunda kecewa karna udah di bohongi sama anak bunda sendiri," Anna menatap Alea, menaruh wadah juga handuk yang sudah tak terpakai di atas nakas.

"Bun?"

"Kamu anggap aku apa si sebenernya? Kamu panggil aku bunda. Tapi aku gak bisa ngerasa kalo kamu anak aku sekarang."

Alea menatap Anna bingung, sungguh ia tak mengerti apa yang sedang Anna katakan padanya.

"Le, sesusah itu jujur sama Bunda?"

"Aku--aku gak ngert!"

"Fibrosis paru-paru? Masih gak ngerti?"

Mata Alea mengerjap pelan saat rasa kaget begitu menguasai dirinya."Bun, aku bisa jelasin."

"Bunda udah tau semua nya Le, trus apa lagi yang harus di jelasin? Sinta, karin, Ghea, Marun. Mereka tau trus kenapa Bunda engga?"

"Aku cuma gak mau buat bunda khawatir!"

"Khawatirin kamu emang udah tugas bunda Alea. Karna kamu anak bunda!"

Anna menggeleng pelan,"Atau jangan-jangan selama ini kamu emang cuma pura-pura nganggap bunda iya? Menurut kamu bunda itu gak ada kan?"

"Bun--" Alea meraih tangan Anna, "Jangan kaya begini, Lea takut!"

Gadis itu mengusap Air mata yang merembas begitu saja."Lea sedih,"

Anna melepas genggaman tangan nya pada Alea, menggeleng samar sebelum melangkah meninggalkan Alea yang masih terisak hebat.

"Bun, bunda jangan pergi!"

Dengan susah payah menahan sakit, Alea bangun dari tidur nya berdiri melangkah dengan tertatih menyusul Anna Sebelum keluar dari pintu ruang rawat.

"Bunda!" Diraih nya tangan Anna hingga wanita itu berhenti.

Tubuh nya luruh ke lantai karna masih terlalu lemas, memeluk perut Anna dengan begitu erat.

"Bunda jangan pergi, Alea gak mau sendiri! Bunda lupa? Kalo bunda pergi lea bisa mati?"

"Bunda maaf, Lea emang salah dan Bunda berhak marah," Alea menggenggam tangan Anna, memukul pipi nya dengan telapak tangan Anna yang terasa begitu lemas.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang