60. Muka Dua

3.4K 304 9
                                    

Entah untuk yang keberapakali nya ia harus melihat Jingga di perlakukan tidak manusiawi tepat di hadapannya.

Di suruh ini dan itu, di caci, di maki bahkan sering kali di siram oleh berbagai jenis air.

Mata nya melirik kearah Marun yang sibuk mengobrol dengan Andy, benak nya bertanya. Apa Marun baik-baik saja melihat teman nya seperti itu?

Beralih pada Tosca dan Nevy yang tak bisa banyak membatu selain ikut menolong Jingga yang di perbudak karna kesalahan orang tuanya.

"GUE GAK ABIS FIKIR KALO ALASKA BISA KASIH BEASISWA BUAT ANAK KORUPTOR KAYA LO!"

Teraikan ikut terdengar begitu nyaring, bahkan hingga membuat Ghea menoleh kearah mereka.

"Lo udah jatuh miskin kan? Ngapain masih di sini?" Tanya salah satu di anatar mereka lagi.

"Jawab ogeb!"

Jingga yang awalnya diam makin menunduk, hingga sepertinya membuat kakak tingkat mereka menggeram kesal.

"ALAH, UDAH MISKIN, BISU, BALAGU LAGI LO!" Gadis yang sejak tadi berkoar meraih semangkuk mie ayam yang masih berasap pertanda begitu panas dengan sekali hentakan. Mengarahkan nya pada tubuh Jingga.

Byur!

Prang!"

"ALEA!"

Ghea berseru saat Alea tiba-tiba berlari, memeluk tubuh Jingga erat. Membuat Mie Ayam yang di lempar tadi mengenai punggung nya.

Mata nya terpejam saat belakang tubuh nya terasa panas, belum lagi lengket dengan beberapa mie yang menempel di rambut hitam nya.

"Kara lo gila apa!"

Ghea menarik Alea keadalam pelukan nya, tak perduli bila baju nya ikut kotor berantakan. Yang terpenting Alea merasa aman.

"Sorry Ge! Gue--"

"Ikut Gheo ke BK sekarang!" Ghea memotong ucapan Kara. Menatap Gadis itu tajam.

"Gue gak sengaja!"

"Dari kemarin gue udah sabar biarin lo berkoar sana-sini Kar! Gue tau kita sama-sama kelas dua belas yang harus suci dari masalah apapun!" Ghea mengusap kepala Alea yang menggeleng, menandakan bahwa sang adik tak suka akan pertengkaran ini.

"Tapi kalo lo sampe buat Alea kaya begini--"

Ghea menghelanafas pelan. "Lo bisa aja gak cuma berhadapan sama Bu Lia. Tapi sama Bu siska atau bahkan pak Robert."

Gadis itu melirik ke arah Marun. Menyuruh nya untuk membantu Alea mengganti baju.

"Dan lo Jingga, Tosca, Nevy. Gue perlu bicara sama kalian!"

~•~

"Alea–" Gara melirih pelan, dapat ia lihat mimik kesakitan yang tertahan pada wajah Alea.

Gadia itu terlihat meringis pelan saat kuah bercampur Mie panas bersentuhan dengan punggung rapuh nya.

"Kenapa?" Tanya Melati seolah tak dengar apa yang Gara ucap.

Alea aja terus.

"Engga papa!" Gara membuang pandangan, menatap kearah lain.

"Gak bantuin ka Alea?" Melati mencoba memancing Gara. Membuktikan apakah lelaki itu sudah benar-benar melupakan Alea.

"Boleh?"

Boleh kalo lo mau Alea besok tinggal Nama.

"Kenapa engga? Kalian saling suka kan?" Tanya Melati pelan.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang