83. Picked up

3.8K 350 6
                                    

Tangan nya meremas wastafel dengan erat, terlebih saat kepala nya terasa amat sakit hingga ingin berteriak.

Alea meremas rambut nya dengan kasar, tangan kiri nya menyentuh lubang hidung yang terasa gatal seperti ada yang ingin keluar dari sana.

Mendesah lelah saat lagi-lagi ia harus mimisan. Tubuh lemas yang awalnya bersandar pada dinding kini mulai merosot ke lantai. Duduk di bawah ubin dengan marmer yang dingin.

"Alea?"

Gadis itu menoleh kearah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat, derdengar suara Marun yang terus memanggil nama nya.

"Lo di dalem?"

Alea berdeham pelan, menetralkan suara nya agar tak terlalu serak.
"Iya."

"Lagi apa? Dari tadi tante Anna udah tunggu lo buat terapi." Marun bertanya dengan nada Khawatir.

"Sebe-ntar, gue agak mules." Alea berujar pelan. Menghelanafas samar saat suara Marun tak lagi terdengar.

Tangan nya merambat, bertumbu pada dinding untuk duduk di atas closet.
Gadis itu mengelap keringat yang membanjiri wajah nya dengan tisu yang ada di sana.

Saat pening nya sudah mulai berkuran ia mencoba berdiri, walau sulit hingga tubuh nya harus kembali jatuh ke lantai. Ia merangkak sebentar hingga sampai tepat di depan pintu toilet.

Tangan nya terangkat untuk membuka pintu, berdoa semua tak ada yang melihat dirinya yang menyedihkan ini.

"Le-?"

Alea mendongak saat Marun masih berdiri di depan pintu, menatap Alea dengan pandangan terkejut. Alea fikir Marun sudah pergi karna tak mendengar suara apapun lagi.

"Lo ngerangkak?"

Marun berjongkok, membatu Alea untul duduk di kursi roda.

"Gue mau coba-coba jalan, eh ternyata masih belum bisa. Gue udah kebelet banget tadi." Alea terkekeh pelan, mencoba menutupi kebohongan nya.

"Kenapa gak minta bantuan si? Lo bisa panggil suster kalo mau. Tinggal pencet tombol aja kenapa sesusah itu?" Marun berucap kesal.

"Besok gak ada ya ngerangkak-ngerangkak lagi, kalo kaki atau tangan lo luka gimana?"

"Iya Marun." Alea menjawab dengan sabar. "Udah yuk, anter gue ke ruang fisioterapi. Katanya bunda udah nunggu di sana."

Marun menghelanfas pelan, mengangguk singkat. "Kalo lo ngerasa sakit, lo harus bilang."

Tunggu, apa Marun tau?

~•~

"Ayo Alea!"

"Alea pasti bisa."

"Semangat!"

"Woi kalo bisa gue beliin nasi padang!"

"Ale-Ale jambu biji!"

Alea menoleh saat ke empat teman nya tengah bersorak heboh. Tidak, hanya Jingga, Nevy, dan Tosca saja. Sementara Marun diam duduk di paling pinggir kursi menatap nya khawatir.

"Kruk nya tahan ya?" Surya berucap, membantu Alea kembali berjalan.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. Senyum nya kembali merekah. Setidanya ini tak seburuk apa yang ia fikirkan, Alea masih bisa berjalan tanpa bantuan orang lain.

TURTLE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang