Tebak-tebakan

3.8K 430 16
                                    

Pertemuan kedua bibir itu terjadi cukup lama. Saling menyesap dan memagut tak sabaran, bahkan tidak peduli dengan tetesan liur yang jatuh dari sela bibir salah satunya. Bunyi decak saling bersahutan memekatkan aura intim dikeduanya. Tangan yang tadinya bertengger dibahu pun mulai naik meremat helai lembut sang dominan, sedangkan sang dominan sendiri lebih memilih memijat bongkah empuk yang duduk diatas pangkuannya.

“Ahhh masshh” taehyung memutuskan tautan hangat itu. Benang saliva memanjang dan putus seiring jarak yang melebar. Keduanya terengah lalu tersenyum ketika melihat betapa berantakan bibir mereka. bengkak dan basah.

Kepala taehyung bersandar pada bahu lebar jeongguk seiring tarikan jeongguk pada pinggang rampingnya agar mendekat lebih erat dalam pelukan suaminya itu. Hangat sekali, taehyung terbuai. Ia memejamkan matanya dan menenggelamkan wajah pada ceruk leher jeongguk. Menghirup aroma teh dan apel yang begitu menenangkan.

“Capek dek?” tanya jeongguk dan taehyung pun mengangguk. Jeongguk semakin mengeratkan pelukannya. Mengelus punggung taehyung dan membuat pola abstrak disana. Mengantarkan kenyamanan lebih pada taehyung yang sepertinya sudah menuju dunia mimpi. Jeongguk bergerak pelan kekanan dan kekiri sambil menepuk punggung taehyung. bibirnya juga tak lupa bergumam kecil begitu merdu.

Jeongguk menguap lebar, sebenarnya ia juga mengantuk dan lelah mengingat kegiatan panas yang mereka lalukan beberapa jam yang lalu. Pinggangnya juga sedikit pegal karena kebanyakan bergerak. Taehyung sedang ingin dimanja, ingin terus dalam pihak menerima.

Terus menguap entah sudah keberapa kali akhirnya jeongguk memilih untuk memejamkan matanya. Ia pun semakin menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Mencoba menyamankan diri untuk ikut tidur. Baru sebentar matanya bisa terpejam, gebrakan pintu terbuka tedengar memekakan.

Taehyung yang kaget langsung membuka mata, ia bangkit dari pangkuan jeongguk dan berdiri tiba-tiba. Bahkan jika tidak jeongguk tahan, lelaki manis itu pasti sudah jatuh karena terhuyung lemas.

“Iyel, ayah gak pernah ngajarin kamu begitu”

“Udah mas” taehyung mengelus dada jeongguk mencoba menenangkan suaminya itu. Tapi jeongguk menyingkirkan tangannya dan bergerak mendekat pada iyel yang berdiri diam sambil tertunduk.

“Balik, ulangi”

“Tapi yah”

“Ulangi ayah bilang”

Iyel berbalik, kembali keluar dan masuk lagi dengan menghentakan kakinya kuat. “Iyel pulang” bibirnya mengerucut panjang “Udah kan?” tanpa mendengar jawaban kedua orang tuanya, iyel langsung berlari memasuki kamarnya yang berada dilantai dua. Taehyung ingin menyusul namun ditahan oleh jeongguk.

“Biar mas aja”

“Jangan terlalu keras”

Jeongguk tersenyum, mengecup bibir taehyung sekilas lalu menepuk puncuk kepalanya. “Iya mas ngerti” lelaki itu pun beranjak menuju lantai dua.

“Permisi nih. Tapi bisa tolong bantu gue gak tae?”

Taehyung menoleh, disana jimin dengan tangan penuh kantong plastik dan paperbag. Buru-buru taehyung membantu membawakan dan mengiring jimin menuju dapur dan meletakan pada meja bar.

“Ngambek ya tae?”

“Siapa?”

“Iyel lah, siapa lagi”

“Oh, iya tuh. Kenapa sih jim kok bisa jadi begitu? Tadi pagi pas ketempat lo kan anak gue baik-baik aja”

Jimin duduk di salah satu kursi bar, menunggu taehyung yang bergerak membuat teh hangat. Aroma menenangkan chamomile langsung menusuk cuping hidung jimin. “Gue juga gak yakin ya tae. Iyel ditanya diem mulu gak mau jawab. Tapi tebakan gue sih anak lu kesel karena dicuekin una”

Mas AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang