Supermarket

3K 404 23
                                    

Jeongguk menggandeng tangan iyel masuk kedalam super market. Tangan satunya ia gunakan untuk memegang ponsel yang menampilkan daftar belanjaan yang sudah dibuat oleh taehyung. Awalnya taehyung juga ingin ikut berbelanja bulanan tapi jeongguk tidak mengizinkan mengingat perut taehyung yang sudah begitu besar.

"Yah gak ambil stolel?" ucap iyel begitu mereka melewati barisan stroller. Jeongguk pun mengangkat pandangan dari layar ponsel dan buru-buru merubah arah untuk mengambil stroller. Untung diingatkan iyel.

"Makasih ya yel udah diingatkan. Hampir aja ayah lupa"

Iyel mengangguk senang. Merasa bangga dengan dirinya sendiri "Sama-sama yah"

"Iyel mau naik?" jeongguk berjongkok didepan sang anak. Sudah sangat siap mengangkat tubuh gembul itu jika memang iyel mau naik kedalam stroller. Namun sang anak menggelang pelan. "Kan yel bilang yel udah gede. Udah tiga ayah. Jadi yel halus jalan"

Jeongguk terkekeh. Tangannya mengukur tinggi badan iyel yang hanya sebatas pinggulnya. "Dih, gede darimana? Ini nih masih kecil"

"Ayah gak asik" bocah gembul itu melangkah meninggalkan jeongguk yang tertawa sambil mendorong stroller.

"Loh yel, tungguin ayah. Heh! Jangan jauh-jauh" ucap jeongguk sedikit berteriak. Tidak ingin kehilangan keberadaan anaknya. Maka jeongguk mendorong cepat menuju arah iyel melangkah tapi sayang di lorong itu ia tidak menemukan anaknya.

"Kalau sempat hilang bisa ditiban bumil gue nih"

Kepala jeongguk memutar kesana kemari mencoba menangkap sosok iyel. Sudah hampir menyerah dan memilih menuju pusat informasi saat matanya melihat bocah gembul berkaos putih bergaris hitam vertikal serta sweatpant abu mendekat padanya lalu menatapnya polos.

"Kok stolelnya masih kosong? Ayah gak jadi belanja?"

"Kamu dari mana aja yel? Ayah cariin dari tadi"

Iyel memasukan bungkus cemilan ditangannya kedalam stroller dengan cara dilempar. Begitu tidak berdosa, tidak sadar sama sekali bahwa sang ayah sudah hampir jantungan mencarinya.

"Dari ambil snack"

Niat hati ingin marah tapi melihat mata bulat hitam itu menatapnya tanpa dosa, jeongguk pun hanya bisa menghela nafas. Berjongkok menyamakan tinggi dengan sang anak "Lain kali gak boleh gitu. Ngerti?"

Kepalanya memiring "Kenapa emangnya yah?"

"Bahaya. Coba nih bayangin. Kalau iyel pergi tiba-tiba, gak disamping ayah. Terus ayah lupa kalau ayah bareng sama iyel, terus abis belanja ayah langsung pulang. Ketinggalan dong iyel disini. Mau?"

Cepat-cepat iyel menggeleng. Matanya melebar takut. "Ndak mau. gak boleh tinggal-tinggal iyel. Nanti ayah dimalahin bunda. Ayah tuman. Gitu"

"Makanya iyel jangan ngilang tiba-tiba" jeongguk kembali berdiri, mengusak kepala anaknya itu sebentar lalu mengulurkan tangan pada iyel. "ayo sini tangannya. Pegangan biar gak kemana-mana"

Iyel menurut. Ia pun menggenggam tangan sang ayah yang begitu besar melingkupi jemari gendutnya.

Sudah setengah dari daftar bacaan telah masuk kedalam stroller. Dan benda beroda itu pun sudah terisi cukup banyak. Bukan karena daftar belanjaan tapi karena tangan kecil yang konstan melemparkan cemilan yang ia temui dan dianggap menarik. Terkadang sesekali cemilan itu jeongguk balikan ke rak saat iyel tidak melihat.

"Tadi kan udah ambil coklat yel. Kok sekarang ambil lagi?" ucap jeongguk mengingatkan iyel yang ingin memasukan tiga batang coklat dengan merk berbeda.

"Yang ini untuk bunda, ini untuk nty jinie, ini untuk iyel lagi"

"Iya yaudah. Tapi abis itu kita ke dokter gigi ya?"

Mas AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang