R

3K 384 26
                                    

Gak ada hubungannya sama mulmed tapi lagunya enak 😅




Suara langkah cepat terdengar saling mengejar. Taehyung yang berada didapur sedang mulai membuat sarapan pun hanya bisa menggeleng. Cukup terbiasa dengan suasana bising kedua jagoannya.

“Dapat”

Tubuh telanjang iyel berhasil jeongguk tangkap. Bocah itu masih terus menggeliat didalam gendongan sang ayah. “Gak mau yah.. Yel gak mau~”

“Biar wangi yel”

“No!” iyel melipat tangannya didada setelah berhasil dibaringkan oleh sang ayah ditempat tidurnya. “Kan udah mandi, belalti sudah wangi. Napa hayus pakai bedak lagi?”

“Ya biar tambah wangi”

Bocah gembul itu mendengus. Masih tidak menerima alasan yang diberikan jeongguk. “Tapi ayah gak pakai bedak”

Jeongguk tidak langsung menjawab, tangannya mulai meratakan bedak tabur yang menumpuk dilipatan paha. Membuat kulit anaknya itu menjadi begitu putih. “karena ayah udah besar”

“Yel juga” ucap iyel ngotot.

“Udah tiga” jari telunjuk, tengah dan manisnya teracung. Menunjukan angka 3.

Jeongguk tidak dapat menahan tawanya. Ia terkekeh renyah. Anaknya ini imut sekali. Selalu ada saja tingkahnya yang membuat jeongguk gemas. Tangan yang masih mengacungkan jari itu pun jeongguk raih. Mendorongnya hingga keatas kepala lalu ia mulai menaburkan bedak diketiak iyel.

Geli tentu saja, tapi iyel dan gengsinya pun mencoba untuk menahan tawa. Bibirnya sudah bergetar tidak tahan ketika jeongguk meratakan bedak. Ayo sedikit lagi yel, kamu pasti bisa. Tapi..

“Ayah hahaha iya iya ampun. Udah yahh hahaha”

Memang pada dasarnya jail, jeongguk bukannya berhenti mala semakin semangat menggelitik ketiak iyel dan menahan tangan bocah itu diatas kepala.

“AYAH!!!”

“Iya iya jangan teriak entar ayah dimarahin bunda”

“Mbuh” iyel mengerucutkan bibirnya sejenak lalu tersenyum senang karena merasa menang melawan ayahnya.
Jeongguk mengangkat iyel berdiri diatas tempat tidur lalu memakaikan kaus putih polos dan celana dalam. Kemudian lelaki itu bergerak meraih baju kodok kuning yang sudah taehyung sediakan dan mulai memakaikan pada tubuh gembul iyel.

“Sekarang merem”

Iyel menggeleng “No no no yah. Yel gak mau bedakan”

“Ayah buatnya rapi kok”

“Gak kaya jiminie?”

Beberapa bulan terakhir iyel memang menolak memanggil jimin dengan embel-embel. Ia mengikuti sang bunda. Untungnya jimin tidak mempermasalahkan itu. Ia mala senang karena merasa jauh lebih muda ketika dipanggil tanpa embel-embel.

“Jiminie suka kasih bedak asal. Gak lapi. Cuma numpuk sini sini sama sini yah. Yel gak like” jari gendutnya menunjuk bagian dahi, mata kiri dan dagu.

“Hahaha. Ayah janji bikinnya rapi. Percaya sama ayah kan?”

“Ndak sih sebenelnya, tapi yaudalah”

Jeongguk sempat tertegun, cukup takjub dengan pemilihan kata sang anak yang semakin variatif namun terdengar menyebalkan. Ia pun tanpa berbicara langsung mengoleskan tipis bedak pada wajah iyel.

“Udah, nah sekarang ayo makan”

Iyel mengangguk semangat “Hn, iyel lapel, mau mam banyak kalahin ayah”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mas AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang