Minggu pagi begini jeongguk sudah segar dengan celana kotak biru muda selutut dan kaos putih polos, bahkan kepala keluarga jeon ini sudah duduk manis diatas motor beat hitamnya. Kelihatan aneh memang, badan tinggi besar begitu menaiki motor matic kecil. Pagi ini ia akan kerumah ketua RW. Ia sudah berjanji untuk mengikuti perkumpulan bapak-bapak komplek pada minggu pagi di minggu kedua setiap bulannya.
Begitu sampai ia langsung disambut suara berat Pak RW yang duduk ngopi dengan kaki diangkat satu kelutut padahal ia memakai sarung, alhasil dalaman kolornya keliatan. “Waahh bapak pengusaha hotel akhirnya ikutan ngumpul juga”
“Hehe iya pak, maaf selama ini saya jarang ikut ngumpul” cengir jeongguk basa-basi.
Pak Hasan –tetangga jeongguk berjarak dua rumah menarik jeongguk, menepuk-nepuk bahu tegapnya mengajak untuk ikut duduk di gazebo luas yang memang berada didepan rumah pak RW. “Dimaklumi aja dong bapak-bapak. Pasangan muda kan masih seneng-senengnya kelonan diminggu pagi, iya kan mas?”
“Hehehe” jeongguk nyengir lagi karena memang gak tau harus jawab apa.
“Mas jeon mau minum apa ini?” ibu RW yang baru selesai mengelap daun janda bolongnya pun menawarkan minuman pada sang tamu yang jarang sekali berkunjung itu kalau tidak ada hal yang butuh diurus.
“Gak usah repot-repot bu, air putih aja pakai kopi sama gula”
“Hahaha lucu juga kamu” Pak RW tertawa kencang sambil memukul-mukul punggung jeongguk. Jeongguk meringis, demi neptunus pukulan pak RW tidak bisa dikatakan pelan. Punggungnya kini terasa panas.
“Bisa nih nambah jokes kita di WA”
“Iya bener pak” jawab anggota kedua termuda setelah jeongguk. Komplek perumahan jeongguk termasuk komplek perumahan elite, kebanyakan penghuninya adalah orang yang sudah mapan dan berumur.
Tak lama si ibu datang dengan kopi hitamnya. “Ini mas, masih panas jangan langsung diminum” bukannya langsung pergi, wanita 60 tahunan itu duduk disamping jeongguk sambil menatap intens. “Pasti dek jeon betah banget deh setiap hari begini yang dilihat”
“Eh gimana bu?”
“Hihi gak apa, saya tinggal ya” si ibu berdiri sambil memegang nampan, habis terkena tatapan usir dari pak RW soalnya. “Titip salam buat dek jeon ya, udah lama dek jeon gak ikut ngumpul juga setelah punya anak” si ibu menepuk bahu jeongguk sekali lalu masuk kedalam rumah.
“Jadi gimana nih bapak-bapak, setuju gak mengenai usulan kegiatan komplek sehat Pak Pian?”
Beberapa minggu lalu Pak Pian yang merupakan pensiunan angkatan laut yang kebetulan penggiat penyelamat lingkungan hidup sejak kuliah mengusulkan untuk melakukan kegiatan tanam pohon serta alam terbuka hijau dikomplek mereka. ditambah lagi usulan Pak Hasan untuk membuat hidroponik. Bukan cuma untuk penghijauan tapi juga bermanfaat bagi diri sendiri ditambah menjadi kegiatan menyenangkan bagi para pensiunan untuk mereka.
Jeongguk sih sebagai warga komplek yang tidak pernah mengikuti kegiatan dan hanya saling sapa saat kebetulan berjumpa Cuma bisa mengangguk setuju, gak enak juga menolak padahal ia tidak yakin bisa ikut merawat tanaman yang mereka bicarakan dari tadi.
Obrolan pun ngalur ngidul sampai salah satu nyeletuk “Jadi udah siapin hadian valentine apa nih bapak-bapak?”
“Saya sih sudah kasih itu janda bolong yang dielus-elus istri tadi”
“Kalau saya udah kasih buket uang aja. istri saya sukanya duit”
“Hahaha sama istri saya juga gitu”
“kalau pak jeon?”
“Eh??”
“Wah wah jangan bilang pak jeon lupa ya kalau ini hari valentine? Parah nih pak jeon” anggota termuda kedua mencoba mengompori saat melihat ujung telingan jeongguk tampak memerah malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Adek
Random"Dek boleh?" tanya jeongguk lembut. dengan rona merah, taehyung pun mengangguk malu. hanya kisah kecil tentang pernikahan Mas Jeongguk dan Dek Taehyung yang manis dan sederhana kookv fanfiction