🍁 (30) 🍁

80 15 25
                                    

"Perpisahan yang paling menyakitkan adalah dipisahkan oleh maut"

-Alea Stephani Putri-

......


Semua orang saat ini tengah menunggu di depan ruang operasi dengan keadaan cemas. Sejak beberapa jam yang lalu orang tua Rayhan sudah kembali ke Jakarta dan langsung menuju Rumah sakit tempat Rafka dirawat, dan kini Rafka sedang berjuang di dalam sana.

"Rayhan, sebenarnya apa yang terjadi sampe adek kamu kayak gini?!" tanya Dahlia khawatir.

Rayhan hanya terdiam. Dengan tatapan kosong, hidung mancungnya yang memerah karena sempat meneteskan air matanya. Terlihat dari tatapan matanya, Rayhan menyesal atas hal apa yang ia lakukan tadi hingga membuat adiknya celaka.

"Rayhan jawab!!" bentak Dahlia.

"Ta-tadi Rafka--"

Ucapan Rayhan terpotong oleh suara pintu ruangan operasi yang terbuka. Seorang dokter dengan setelan hijau yang diikuti beberapa orang perawat di belakangnya keluar dari dalam sana.

Orang tua Rayhan, Rayhan, dan Alea beranjak dari duduknya, mereka bergegas menghampiri sang dokter yang baru saja mengoperasi Rafka.

"Dokter, bagaimana keadaan putra saya? Hiks...."

Dokter paruh baya yang baru saja keluar dari dalam ruangan operasi itu membuka maskernya dan menampakkan raut wajah yang kurang baik.

"Operasinya gagal. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tuhan berkehendak lain. Putra anda sudah meninggal dunia," ucap dokter tersebut mengembuskan napas berat.

Seketika tangis Dahlia pecah, "Gak-gak mungkin dok! Anak saya pasti selamat kan?! Dokter jangan bohong!!" sentak Dahlia dengan tubuh gemetar. Rangga selaku suami Dahlia meragkul istrinya seraya membawa ke dalam pelukannya mencoba menenangkan.

Dada Alea terasa sesak bagai terhimpit ribuan batu, hatinya terasa disayat-sayat dengan pisau tajam. Bendungan air mata yang selama ini ia tahan akhirnya luruh begitu saja, "Ra-rafka, ga-gak mungkin. RAFKA!!" -Alea tak kuasa menahan tangisnya, ia terduduk karena kakinya yang gemetar.

"Gak, gak mungkin. LO JANGAN BOHONG DOK! ADEK GUE GAK PA-PA KAN?!!" bentak Rayhan dengan nafas tersenggal-senggal.

"Mohon maaf, tapi kenyataannya memang begitu."

Bugh!

Rayhan meninju rahang sang dokter yang menangani Rafka hingga terhuyung ke belakang. "DASAR GAK BECUS! NGAPAIN LO JADI DOKTER, KALO NYELAMATIN NYAWA ADEK GUE AJA GAK BISA!!"

"RAYHAN CUKUP!!" pekik Alea.

Plak!

Alea menampar pipi kiri Rayhan dengan air mata yang mengalir di pipinya, "Jangan nyalahin dokter, jelas-jelas semua ini gara-gara lo!!" geram Alea sembari menunjuk wajah Rayhan dengan telunjuknya.

"Ma-maksud lo apa Al?" lirih Rayhan tak percaya.

"Coba aja kalo lo tadi gak ngelakuin hal bodoh lo itu. Lo ngungkapin rasa cinta lo ke gue! Padahal lo tahu kalo gue pacar Rafka, ADEK LO!!" bentak Alea.

"A-apa?" tiba-tiba Dahlia berjalan ke arah Alea dan Rayhan.

"Maksudnya apa?! Jadi Rafka gini gara-gara kamu! Iya?!" sentak Dahlia kepada Rayhan.

"E-enggak gitu bund, a-aku gak tahu kenapa Rafka bisa gini."

"Emang iya yah, dari dulu kamu gak sayang sama adik kamu!!" geram Dahlia yang tak lama setelah itu jatuh pingsan dipangkuan suaminya.

"Bu-bunda," ucap Rayhan dengan terbata-bata.

"DIAM KAMU! DASAR ANAK KURANG AJAR!!" marah Rangga selaku ayah Rayhan dan Rafka.

PLAK!

Satu tamparan yang dibuat oleh Rangga mendarat di pipi kanan Rayhan dan meninggalkan bekas memerah di sana.

"Yah, kenapa Ayah tampar aku. Kenapa Yah?!" lirih Rayhan.

"Kamu pikir sendiri, setelah apa yang kamu lakuin hingga adik kamu kayak gini!" bentak Rangga lalu meninggalkan Rayhan untuk membawa istrinya yang pingsan agar ditangani dokter.

Kini tinggal Rayhan dan Alea yang tersisa. Rayhan menyandarkan tubuhnya yang lemas di tembok, tubuh Rayhan bergetar hebat dengan air mata yang luruh hingga membuatnya terduduk di lantai. Ia menjambak rambutnya sendiri karena frustasi, "Lo bodoh Ray, lo kenapa bisa lakuin hal sebodoh ini. Maafin gue Rafka," gumam Rayhan.

Dreettt...dreettt....
Suara ponsel Rayhan bergetar, di sana tertera nama Arland.

"Ada apa Land?"

"......"

"Gue di Rumah sakit."

"......"

"Ra-rafka...Rafka meninggal."

"......"

"Oke."

Rayhan membanting ponselnya ke sembarang arah, sedari tadi ia menjawab telfon Arland dengan sisa kesadarannya.

Namun ia masih ingat bahwa Alea masih ada di Rumah sakit. Ia bangkit seraya berjalan ke arah Alea yang sedang terduduk sembari menangis tak henti-henti.

"Al mendingan lo pulang, nanti orang tua lo nyariin."

"Gue gak mau," jawab Alea dingin.

Rayhan tetap tersenyum sok tegar, seolah-olah sedang tidak ada yang terjadi. "Kalo gitu gue beliin makan aja yah, lo kan belum makan dari tadi."

"GUE GAK MAU!! LO DENGER GAK SIH!" bentak Alea.

"O-oh gitu. Yaudah kalo butuh apa-apa panggil gue aja yah," ujar Rayhan tersenyum miring. Jujur hatinya sangat sakit saat ia di bentak Alea barusan.

"Gak usah sok peduli lo!"

"Gue peduli sama lo Al, gue sayang sama lo!" lirih Rayhan mencoba meraih tangan Alea namun ditepis kasar olehnya.

"Kalo lo sayang sama gue kenapa lo bikin Rafka celaka!!" sentak Alea terbawa emosi.

Rayhan menghela nafas. "Udah berapa kali gue bilang. Gue gak bikin Rafka celaka, lo tahu kan tadi gue sama lo di danau."

"Iya tapi gara-gara lo Rafka jadi kecelakaan dan...pergi ninggalin gue selamanya, hiks...."

**

Flashback on :

Rafka melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata atau bisa di bilang sangat cepat.

"Gue gak nyangka ternyata abang yang gue percaya selama ini ngehianatin gue sendiri!"

Tiba-tiba ada sebuah truk dari arah berlawanan. Tanpa kesadaran saat itu juga motor sport Rafka menghantam keras bagian depan truk itu, motor beserta tubuh Rafka terhempas kasar dan terguling-guling di atas aspal.

Helm Rafka pecah, membuat kepalanya harus terbentur benda-benda jalanan.

Ada yang menelepon Ambulans untuk membawa Rafka ke Rumah sakit terdekat agar segera ditangani.

Sayup-sayup mata Rafka masih sedikit terbuka. Yang ia lihat hanya ruangan serba putih, ia merasakan sakit disekujur tubuhnya, terutama di bagian kepalanya. Tubuhnya seperti dicabik-cabik, tapi setelah itu matanya tertutup sepenuhnya dan tidak ingat apalagi yang terjadi padanya.

Flashback Off :

~

TBC

kalian ngerasa kehilangan gak sih?

Kalian lebih kasian sama siapa?
-Rafka
-Rayhan
-Alea

Komen yah.

•••••

Selamat Jalan Rafka Wijaya Pratama❤

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang