🍁 (53) 🍁

53 9 0
                                    

Hari demi hari telah berlalu. Kini, hari ke-4 Alea terbaring tak berdaya. Tapi, orang-orang di sekelilingnya tak pernah lelah untuk terus mendampinginya.

"Dok, keadaan anak saya gimana? Sudah 4 hari anak saya belum sadar pasca kecelakaan waktu itu."

"Maaf Bu, kami tim Dokter hanya manusia biasa. Saya tidak tau kapan anak Ibu akan pulih kembali. Sebaiknya Ibu banyak-banyak berdoa dan meminta pada Tuhan."

"Ya Allah, Nak." Mata Rani kembali berkaca-kaca.

Erik mendekap istrinya. "Sabar Mah, pasti semuanya bakal cepet berlalu."

Rayhan dan teman-temannya mrnghampiri orang tua Alea. "Om, Tante. Kita izin ke mushola dulu yah, kita mau sholat berjamaah."

"Iya, kita mau doain Alea."

"Kita pengen Alea cepet sembuh."

"Kita juga sedih liat Alea kayak gitu."

Rani semakin terisak di dada bidang suaminya. "Te-terima kasih, Nak. Kalian me-mang anak baik. Alea be-beruntung bisa kenal kalian," ucap Rani di sela-sela tangisnya.

**

Rayhan mengangkat kedua telapak tangannya. "Ya Allah, yang maha pengasih lagi maha penyanyang. Sembuhkanlah sahabat kami yang tengah terbaring sakit itu. Angkatlah penyakitnya, bangunkanlah ia dari tidur panjangnya."

"Ya Allah, ampuni dosa kami semua. Kami mohon, angkatlah segala penyakit yang ada di tubuh sahabat kami. Hanya kepadamu kami berserah," lanjut Arland.

"Lindungilah kami semua Ya Allah. Jauhkanlah dari segala penyakit dan marabahaya."

"Kabulkanlah doa kami."

"Hanya padamu kami meminta."

"Aamiin. Aamiin ya robbal alamin."

-
Sedangkan di ruangan Alea ...
-

Rani mencium pucuk kepala Alea. "Nak, bangun sayang. Kasian temen-temen kamu, mereka nungguin kamu."

"Ayo Nak, kamu pasti kuat. Papah yakin, anak papah pasti bakal sembuh." Erik mengusap lembut rambut putrinya.

"Dek, bangun. Abang kangen sama lo. Bangun yuk," ucap Kevin dengan bibir bergetar.

Air mata Rani luruh kembali. Ia tak kuasa lagi menahannya. "Bangun sayang! Bangun! Kamu sayang kan sama Mamah? Ayo bangun. Udah cukup tidurnya."

Sedangkan Rayhan dan kawan-kawan hanya bisa menunggu di luar, karena Dokter melarang.

"Sayang bangun ... Bangun Nak."

"Alea, putri Mamah. Bangun sayang, bangun!"

"Mah, Pah! Ja-jari Alea gerak," pekik Kevin saat melihat jari tangan Alea bergerak.

"Mana Vin? Kamu serius?"

"Papah liat aja."

Erik dan Rani memerhatikan jari-jari tangan Alea. Dan ternyata benar sesekali jarinya bergerak. Bukan hanya jari, tetapi kelopak matanya pun tampak bergerak.

"I-iya!"

"Mah! Tangan Alea gerak," tunjuk Erik pada Rani.

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang