🍁 (31) 🍁

71 12 25
                                    

Assalamualaikum!
Salam 6 agama!

Gimana udah sedih belum? Oh, belum. Yaudah maafin deh;( tapi author masih banyak kejutan buat kalian di part-part selanjutnya. Penasaran? Yuk ikutin terus❤
___________________________________________

Happy Reading!

Setelah proses pemakaman Rafka selesai, semuanya bergegas untuk pulang ke rumah. Tapi tidak dengan Rayhan, ia memisahkan diri dari yang lain.

Rayhan berjongkok di depan batu nisan yang bertuliskan nama Rafka. Ia mengusap-usap nisan tersebut sembari menitikan air matanya. Kalian bilang Rayhan lemah, alay? Coba kalian rasakan bagaimana rasanya dituduh mencelakai adik sendiri. Yah walaupun memang sebenarnya tindakan awal Rayhan yang membuat Rafka terbawa amarah, tapi tidak ada sangkut pautnya dengan kecelakaan yang merenggut nyawa Rafka.

"Dek, maafin gue. Gue emang bukan abang yang baik buat lo, gue udah ingkarin janji gue ke elo. Gue gak bermaksud buat lo celaka, maafin gue dek." Rayhan mengusap-ngusap nisan Rafka dengan butiran-butiran bening yang keluar dari mata indahnya.

Setelah itu datang ketiga sahabat Rayhan. Arland, Bima, dan Dion. Yang selalu setia menemani Rayhan dalam situasi apapun, sekalipun situasi yang sangat sulit.

"Ray, udah. Mending gue anterin lo pulang biar lo bisa istirahat, tenangin diri lo dulu." Arland merangkul Rayhan mencoba menenangkan.

"Iya Ray, lo harus istirahat. Lo gak usah nyalahin diri lo sendiri Ray, ini semua udah takdir yang maha kuasa. Lo harus tabah," sambung Bima.

"Udah bro, gak usah sedih terus. Bang Rayhan yang gue kenal kan kuat, galak, suka melototin. Masa sekarang jadi gitu," Sela Dion mengikut.

Lalu Rayhan menuruti apa yang dikatakan oleh sahabat-sahabatnya. Ia pulang diantar oleh mereka.

Setelah diantar oleh trio sengklek, Rayhan memasuki kediamannya. Saat di ruang tengah Rayhan melihat orang tuanya membawa koper menuju mobil.

"Yah, Bund. Kalian mau kemana?" tanya Rayhan.

"Kamu pikir pekerjaan Ayah di Bogor udah selesai gitu aja?" ketus Rangga.

"Oh, jadi kalian mau ke Bogor lagi?"

"Pikir aja sendiri," jawab Rangga dingin sembari membuang muka. Sedangkan Dahlia daritadi diam tak acuh, setelah itu mereka pergi begitu saja meninggalkan Rayhan di rumah.

'Apa salah Rayhan Yah, Bund?' Lirih Rayhan dalam hati.

***

"Al, udah dong jangan nangis terus."

"A-aku gak nyhang-ka bang, k-kalo Rafka pergi secepat in-hi. Hiks, hiks...." ujar Alea tebata-bata.

Kevin menatap sendu adiknya. "Yang sabar yah, sayang. Abang yakin, Pasti ada hikmah di balik ini semua."

Alea tersenyum palsu menatap Kevin. "Aku gak yakin bang."

"Kamu harus yakin," ucap Kevin sembari mengelus lembut rambut adiknya.

Alea memalingkan muka ke luar jendela mobil. Dengan tatapan mata yang kosong, terlintas di fikiran Alea tentang memori-memori indahnya bersama Rafka.

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang